Minggu, 11 Desember 2016

Maison Bolero: Sinterklaas Dinner

“How you can survive without alcohol?” Simon mengerutkan kening, bertanya pada saya. Saya cuma meringis, terus jawab “If I can survive by drinking fresh water, why I need alcohol?” Dia menampakkan wajah ‘hmm, begitu ya, baiklah’ lalu beranjak, lanjut joget – joget. Saya kemudian memenuhi gelas saya yang sudah setengah kosong, mengalirinya dengan air ledeng. Di Belanda, air putih bisa diminum langsung dari ledeng. Asik ya hehe.

---

Saat Annual Introduction Days (AID), ospek saat masuk di universitas, teman di kelompok saya bilang bahwa dutch identik sekali dengan dua hal; minum dan party. Dan memang betul, setelah saya amat – amati hal tersebut memang begitu adanya. Pada empat bulan masa perkuliahan ini, teman – teman di kelas banyak sekali yang menggaungkan ‘nanti ada party di sini loh’, ‘mau ikut party ini ngga?’, atau ‘party yuuk habis ujian selesai’. Sejatinya karena saya bukan anak yang bisa tahan melek malam sampai pagi, dan waktu ternyata memang habis untuk men-translate ulang pelajaran di kelas, jadi saya belum pernah ikut party apapun. Sebenernya saya penasaran juga, kenapa bisa sih orang party sampe pagi party dan ngapain aja selama itu. Kemudian datang kesempatan buat ikut party, lebih tepatnya sih ngga bisa kabur dari party ini, karena partynya anak sekoridor di flat saya. Yah sudah, sekali ini sekalian mau tau, ngapain sih party itu. 


---

Sembilan Desember malam ini semua mendadak berpakaian rapi jali. Judul dari acara malam ini adalah Sinterklaas dinner, yang merupakan acara makan malam tahunan di Bulan Desember bagi orang belanda pada umumnya. Cerita teman saya, tradisi ini ada oleh kisah sinterklaas yang datang pada tiap tanggal 5 desember malam untuk memberikan hadiah pada anak – anak. Walaupun pada akhirnya mereka saat sudah lebih besar tau hadiah itu dari orang tua mereka, ‘sedih sih dulu pas tau ternyata bukan dari sinterklaas’ kata teman saya. Lucu juga ini mas bule udah segede begini excited banget cerita tentang sinterklaas dan bilang ngerasa sedih pas tau ternyata hadiah yang diterima adalah dari orang tuanya hehehe. Oya, dan kenapa makan malam ini adalah tanggal 9, karena tanggal 5 jatuh di hari senin dan sepertinya semua sedang sibuk kemudian dipindahlah acara menjadi tanggal 9 Desember, jumat malam. 



Makan malam kali ini terasa begitu formal. Meja meja disusun rapih memanjang, taplak dibentangkan. Lilin – lilin putih berdiri menyala di atas tatakan. Piring, garpu, sendok, pisau untuk masing – masing orang (yang sepanjang makanan tersaji saya pake tangan dan sendok aja hahaha) Di sebelah piring terdapat kertas bertuliskan menu makan malam kali ini. Saya pandang – pandangi nama namanya, ada kata – kata yang memakai bahasa perancis, dan ternyata disampaikan oleh teman di sebelah saya, memang menu ini awalnya merupakan menu perancis yang sudah diadaptasikan oleh makanan belanda, diantaranya yang tertulis ada Soup a la citroulle, Hachee della volonta. Saya dan satu orang muslim lain di koridor dari Saudi Arabia, Alhamdulillah tidak perlu khawatir, karena para chef yang menyediakan makanan ini sudah mempersiapkan makanan khusus bagi kami yang muslim, dan satu lagi teman dari Jerman yang vegan.  

Eet smakelijk! Enjoy your meal!

Di acara makan malam ini masing – masing dari kami mempersiapkan hadiah senilai 5 Euro serta sebuah surat untuk diberikan ke satu orang lain. Pura – puranya itu adalah hadiah dan surat dari sinterklaas, gitu ceritanya hehehe. Setiap selesai menyantap satu menu, kami mengambil dua hadiah. Kemudian orang yang namanya terdapat di hadiah tersebut naik di kursinya, membacakan surat yang diterima kemudian membuka hadiah yang didapat. egitu berselang - seling. Dan ternyata memakan waktu cukup lama, makan malam yang dimulai pada pukul 19.00 berakhir pukul 23.30. Lama bangeeet, tahun tahun sebelumnya katanya ngga selama ini padahal hehe. Entahlah, mungkin karena menunya banyak, jadi perlu istirahat dulu, nunggu makanan turun, baru lanjut ke menu berikut lagi, lalu ada dua sesi ngerokok buat yang merasa perlu merokok, makan malam terlama sejauh ini sih hehe

Read the poem

Poem and gifts from sinterklaas
Pukul 11.30 makan malam akhirnya selesai dengan brownies+pisang iris+es krim vanilla sebagai makanan penutup. Setelah itu piring-piring, sendok, semua alat makan dikumpulkan. Meja – meja didorong ke tepi ruangan. Musik disetel. Daaan, inilah saatnyaa..party!


Ruizhe, where are you?

Ceciwi di koridor

Hmm.
Ternyata party orang – orang tidak se-liar yang saya kira ^^a saya pikir awalnya orang – orang akan mabuk berat sampe keliyengan macam orang yang lagi memakai jurus mabuk, nabrak – nabrak. Pada dasarnya isi dari party adalah ngobrol – ngobrol dengan backsound musik jedag jedug, sambil merokok sambil minum minum, sambil joget – joget juga. Saya memilih berdiri setengah bersandar ke meja, menggenggam gelas yang berulang diisi air ledeng. Ngga bisa aja rasanya mau ikut joget. Berasa badan rada kaku buat joget joget wkwkwk. Disinilah kemudian ngobrol ngobrol segala macam hal; mulai dari kenapa sih ngga minum alcohol, kenapa orang Indonesia selalu gembira, temen saya yang bilang menurut pengamatannya saya berasal dari muslim konservatif, tentang temen saya yang tidak bisa menerima bahwa alkohol bukan sesuatu yang bisa dikaitkan dengan hal yang religius, terus membahas jenis jenis ‘weed’ yang legal dan dibolehkan di Belanda, temen sekoridor yang ternyata suka ngerokok sambil naruh ‘weed’ di rokoknya, tentang les bahasa prancis, tentang saya yang menurut teman pengucapan bahasa perancisnya sungguh cukup buruk (bukan cukup baik, duh sedih), obrolan lanjutan tentang kisah sinterklaas, tentang jenis rokok di Belanda, kemudian denger curhatan temen Jerman saya yang merasa masih kurang nyambung sama leluconnya orang Belanda, tentang temen yang kurang puas sama mata kuliah minor yang diambil di universitas lain, sampe ngobrolin tentang peristiwa bunuh diri di kalangan pelajar di sini. Iya cuy, ngobrol tentang peristiwa bunuh diri di beberapa flat di sini. Sungguh obrolan yang beragam. Sampai waktu menunjukkan pukul 02.00 dan saya sudah tidak bisa lagi menahan kelopak mata untuk melek, saya pamit undur diri. 


Fiuh.
Sampe di kamar, saya menghela nafas. Dari obrolan – obrolan, saya disadarkan lagi dan lagi  bahwa betapa Allah menciptakan makhluk bersuku – suku. Bervariasi. Dengan berbagai bahasa, bermacam rupa. Berbeda – beda. MashaaAllah.

Ada rasa senang bisa mengenal lebih dekat teman – teman di koridor. Ada rasa kepikiran, terutama ketika menjawab pertanyaan – pertanyaan yang terkait dengan agama. Kalo merunut lagi jawaban yang disampaikan, kadang suka jadi kepikiran ‘haduh kudunya tadi jawabnya begini’ ‘kurang ngejelasin di bagian itu’ semacam begitulah. Atau kadang takut juga perkataan saya sebagai muslim apa menyinggung atau tidak. Buat saya, perlu mikir banget untuk menghadapi pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan hukum – hukum agama. Harus cari cara sedemikian rupa yang sebisa mungkin dapat diterima oleh logika mereka. Kalau sudah ada pertanyaan – pertanyaan yang menyerempet tentang agama saya cuman berdoa semoga dalam setiap kalimat yang terucap selalu dalam bimbingan Allah, Semoga Allah juga mudahkan mereka untuk menerima jawaban, bukakan hati. Dan Alhamdulillah, sebenernya pertanyaan – pertanyaan ini juga yang membuat saya menjadi harus lebih mencari tahu benar – benar alasan mengapa dalam hukum agama begini mengapa begitu. 


----

Pada akhirnya saya ikut party. Yeay! Sekali dua kali bolehlah ya *sungkembapakibu*. Untuk temen temen londo yang emang bener - bener deket. Tapi pada dasarnya saya sadar diri bahwa emang saya tidak diciptakan untuk ikut party macam begini, lha wong jam 11 malem aja mata rasanya udah begitu ngantuk tuk wkwkwk. Agaknya dicukupkan dulu pengalaman menarik dari negoro londo ini, dan sebagai penutup, saya tuliskan surat dari sinterklaas, ehm, dari teman koridor :')

Dear Raini,
Welcome to The Netherlands
I hope you’ve made a lot of friends
Sinterklaas is very proud that you came here all the way
And he hopes that you are enjoying every day

Sinterklaas knows that you are running a blog on the internet
Where you are sell soap at
Sinterklaas likes it very much
It is not something he sees a lot among the dutch

Your wish list wasn’t very long
But that is not necessarily wrong
You only wrote down your dreams for the future
I know they’ll come true, for sure

So in few years it will be a lecturer Raini
or in aquaculture is where you will be
The present is something typical dutch
I hope you like it very much

Love,
Sinterklaas

*All pictures taken by Simon Goddek, except the menu and gift pictures, by me.