Sabtu, 28 September 2013

Sanur Village Festival 2013.

“Mari seluruhnya kita panjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar kegiatan hari ini berjalan lancar,” kata Pak Ena, pemilik Dive Operator Ena Dive.


Pukul delapan pagi seluruh peserta Underwater Clean Up Sanur (UWCU Sanur) sudah berdiri di tepi pantai dengan setelan menyelamnya masing-masing. Setelah sejenak berdoa, melaksanakan foto seluruh tim, kemudian masing-masing tim menuju ke perahu yang sudah disepakati pembagiannya.

Kegiatan Underwater Clean Up ini merupakan salah satu dari berbagai agenda yang masuk dalam penyelenggaraan Sanur Village Festival 2013.

Panitia dan peserta Underwater Clean Up Sanur 2013

Tim kami, berjumlah 7 orang, diketuai oleh Pak Ena. Selain Pak Ena, 6 orang lain yang menjadi satu tim dengan beliau ialah Mbak Pariama Hutasoit, Direktur Nusa Dua Reef Foundation, Pak Adrianto Mulya, fotografer yang ditugaskan mengabadikan momen ini, Pak Ena, pemilik Ena Dive yang bekerja sama dnegan pemerintah untuk menyelenggarakan UWCU Sanur pagi ini, dua orang mas-mas dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL), bli yang mengendalikan perahu, dan saya sendiri.

Segera setelah mengambil tempat pewe di perahu, kami menyiapkan alat masing-masing. BCD, tanki, regulator dipasang diputar kanan kiri hingga ter-set-up siap  digunakan dalam penyelaman. Saya mencoba memasukkan udara dari tanki dengan menekan katup inflator berwarna biru untuk menggembungkan BCD. Yang terdengar hanya bunyi “sssshhhhh” udara yang keluar dari sela tombol tersebut. saya coba tekan lagi beberapa kali. Tetap saja bunyi “sssshhh” yang terdengar. BCD tidak mau menggembung. Gawat.

“Mbak Ama, Mbak Ama, kok ini ngga mau masuk ke BCD  ya udaranya?” tanya saya.

“Coba sini Ren,” kata Mbak Mbak Pariama meraih regulator yang sudah diset bersama tanki dan BCD dari tangan saya. Menekan tombol biru dan hanya bunyi “sssshhh” yang terdengar. “Kayaknya ini bocor deh.”

Haduh.

“Coba lihat sini saya coba” kata Pak Ena.

“Ini sudah lama ndak dipake, udaranya ndak bisa masuk ,” kata Pak Enak setelah mencoba beberapa kali dengan bunyi “sssshh” saja.

“Oh gitu ya Pak, yaudah ngga papa Pak nanti saya tiup manual aja ntar pas di permukaan ngayuh pake fin aja kalo emang ngga bisa digembungin hehe,” kata saya. Pasrah.  *Kok ya kemaren ngga dicoba dulu tho ya Ren -.-

“Eh tunggu dulu. Ini bukan inflator buat ngisi udara, kayanya yang ini tombolnya ya,” kata Pak Ena sambil menekan tombol berwarna oranye. Daaaan “puuuuff’ udara mengalir sempurna menggembungkan BCD. Yes!

“Ini IST ya, saya dulu pernah juga terkecoh tombol-tombol buat inhale-sama release,” kata Pak Ena sambil senyum.

“Waaa makasi banyak Pak Ena, iya ya Pak habis kan biasanya di BCD lain di bagian ini ya Pak gembunginnya hehehe” kata saya dengan senyum ‘yes’ memeluk erat BCD yang sudah menggembung sempurna *oposih hahaha

Spot penyeleman berada tidak jauh dari tepi pantai. Sepuluh menit kemudian perahu berhenti. Setelah pembagian tim kecil, persiapan selesai, kami memakai BCD masing-masing, kemudian ber-backroll “jbuuur!” terjun ke laut.

Tim kecil ini dibagi menjadi dua, saya bersama Mbak Ama menyelam ke selatan, sementara itu Pak Ena bersama Pak Adrianto dan 2 mas-mas dari BPSPL menyelam ke utara. Titik temu kami, kata Pak Ena,” Nanti Ama ke arah selatan lalu berbalik lagi, saya juga ke arah Utara nanti balik lagi. Di sebelah ponton ini ada batu gede di sebelahnya lagi ada substrat berpasir, di situ nanti bertemu ya.”

Dan dimulailah underwater clean up pagi ini. Menekan deflator mengempiskan BCD membuat saya turun perlahan. Tidak terlalu dalam, hanya 9 atau 10 meter. Nyaman dengan buoyancy saya mengayuh fin mengikuti Mbak Ama.

Channel, begitu katanya nama spot ini. Dipenuhi karang porites seukuran mobil avanza atau ada yang lebih besar lagi gabungan-gabungannya. Sambil membawa kampil sya tengok kanan-kiri melihat apakah terdapat plastik, kain, atau sampah anorganik semacamnya. Sesekali Mbak Ama menunjuk ke suatu arah, memperlihatkan kalau ada sampah, lalu saya kayuh fin perlahan untuk mengambilnya.

Kain yang tersangkut di karang

Berkali-kali saya mengambil ‘sesuatu’ yang tersangkut di karang, yang awalnya saya kira kain atau  platik bungkus makanan tapi kemudian saat ditarik dari karang lalu diamati, ternyata si ‘sesuatu’ ini adalah popok bayi. Sedikit tersaru karena warnanya aslinya sudah tertutup oleh alga atau pasir yang menutupi permukaannya, tapi setelah ditarik terlihat pengerat karet khas popok bayi yang bergerigi. Ada delapan puluh persen dalam satu kampil sampah yang saya kumpulkan berisi popok bayi. Ada apa ini hehe. Selain popok bayi ada juga plastik-plastik dan kain yang tersangkut.


Memungut sampah anorganik yang tersangkut pada karang  
Popok bayi tersangkut di karang
Mbak Ama memungut sampah anorganik
Saya (bergaya, hehe) membawa dua kampil tempat mengumpulkan sampah anorganik
Pak Ena menunjukkan 'time is up' pada Pak Adrianto

'Oke kita foto dulu ya sekali lagi' kode Pak Adrianto pada Pak Ena

Dua hal yang saya suka dari menyelam. Pertama, saat menyelam komunikasi terbangun tanpa berkata-kata *ecieeh. Tapi beneran loh hehe. Dipaksa untuk tidak berkata-kata sehingga yang berlaku adalah kode-kode, atau melihat mata buddy. Dari sini bener deh saya percaya bahwa mata itu tidak bisa bohong:). Kedua, saya suka memperhatikan hewan tumbuhan laut yang super menakjubkan warna-warni dari dekat (karena kalo snorkeling suka capek kalau harus duck-dive berkali-kali). Kalau ada hamparan soft coral saya kibaskan fin “whuuuush” lalu melihat apa yang keluar dari balik kerumunan si karang lunak, atau sekedar memperhatikan betapa anggun si soft coral meliuk-liuk. Pernah juga saya iseng banget waktu lihat ada schooling baby fishes yang jumlahnya (kayanya) ribuan. Mereka berenang ke satu arah membentuk formasi. Saya gerakkan fin membelah formasi. “Syut!” formasi anak-anak ikan merenggang cepat. Saya tarik fin, saya diamkan, anak-anak ikan perlahan membentuk formasi seperti sebelumnya. Ada empat atau lima kali saya ulangi adegan membelah-formasi-menggunakan-fin lalu setelah puas melihat anak-anak ikan keren ini, kemudian pergi ke objek lain sambil melambaikan tangan ‘maaf ya mengganggu perjalanan kalian’. Sering juga saya berhenti lama di satu karang lalu iseng menunggu, lihat-lihat. Mengibaskan tangan di air pada koloni christmas three worm yang seketika menguncup, lalu sebentar kemudian mekar lagi. Atau seperti saat nyelam kali ini saya penasaran saat melihat satu bentuk kepala keluar dari karang meja rendah. Saya colek Mbak Ama, menunjuk-nunjuk ke bagian bawah karang meja rendah. Menghembuskan nafas, mengurangi udara dari paru-paru, mendekatkan badan ke substrat pasir agar bisa mengintip ke bagian bawah karang tersebut. Itu kepalanya muncul-muncul sekilas. Saya penasaran, mungkin bisa saja dia penyu atau murray eel (jarang loh dilihat di sanur). Mbak Ama ngode ‘yuk yuk ke sana’ saya membalas dengan memperlihatkan dua telapak tangan ‘bentar mbak bentar tunggu’ sambil menunjuk ke bagian bawah karang. Lalu saya memiringkan kepala, mengintip tidak terlalu dekat. Mata si hewan ini terlihat tapi tidak berani keluar, tau ada saya pasti ya hehe. menegok mencari Mbak Ama, ‘oh masih di sana’ lalu kembali mengamati si pemilik kepala. Sebentar kemudian, saya masih mengintip menunggu tidak bergerak, si hewan ini keluar dari persembunyiannya. Ah ternyata itu puffer fish! Lalu saya mengayuh fin, ngeloyor pergi mendekat ke Mbak Ama.

Kurang kerjaan banget ya haha. Biasanya memang yang cantik-cantik itu sembunyi, jadi harus cukup jeli dan sabar kalau mau lihat. Tapi jangan juga jadi lupa sekeliling, seperti yang pernah saya alami saat menyelam di Tulamben Juni tahun lalu. Kami berlima, 4 orang teman dengan satu dive guide. Memilih untuk nyantai dan tidak terkena kayuhan fin kawan di depan  saya memutuskan untuk berada di barisan paling belakang. Ceritanya kami sedang safety stop sambil antai mengayuh fin di kedalaman 6 meter. Yasudah saya lihat-lihat saja ke sekeliling sambil sesekali saya melihat ke depan, mengecek jarak dengan teman. Tapi entah ini terlalu asik mengamati kemudian saat saya lihat ke sekeliling tidak ada siapa-siapa. Panik. Saya kayuh fin dengan cepat sambil tengok kanan-kiri. Tidak ada siapa-siapa. Saya lihat ke pressure gauge tinggal 20 bar! Kemudian bernafas tenang agar tidak boros, memperlambat kayuhan fin sambil terus bergerak maju. Hingga beberapa puluh meter rasanya masih tidak ada siapa-siapa di sekekliling. Lalu kemudian saya lihat tiga pasang kaki di atas. Saya putuskan untuk perlahan ke permukaan. Sampai di permukaan, ternyata itu kaki 3 orang bule. Celingak celinguk sambil menahan ombak-ombak kecil yang berdebyur-debyur di muka. “Kak Reniiiii!” saya dengar stau orang berteriak. Saya menoleh. “Doniiiiiiii!” kata saya sambil melambaikan tangan. Ternyata saya muncul di permukaan berjarak 150an meter dari entry point kami. Naik dibantu seorang dive guide lain, melepas peralatan kemudian berjalan sempoyongan ke Puri Madha tempat kami menitipkan barang. “Pak Bagong mana Don?” tanya saya. “Pak Bagong tadi masuk lagi nyari kakak, paling bentar lagi keluar” kata Dony. Beberapa saat kemudian Pak Bagong muncul ke permukaan air, saya hanya melayangkan senyum terbaik saya ke beliau. Maafkan saya ya Pak.

Begitu yang pernah saya alami. Semoga bisa menjadi pembelajaran bahwa bukan berarti suatu hal itu mengasyikkan, terlalu fokus kemudian terlena akan hal tersebut sehingga lupa sekeliling. Lupa kalau kita harus mengikuti orang yang lebih berpengalaman di depan kita untuk kembali ke permukaan.

Kembali ke kegiatan Underwater Clean Up Sanur tadi. Dari penyelaman kemarin, berikut ini terdapat beberapa foto yang diambil oleh Mbak Pariama Hutasoit.

Telur nudibranch yang bentuknya mirip seperti bunga mawar.

Telur nudibranch mirip bunga mawar

Lalu ada pari totol biru bersembungi di balik-balik karang

Pari totol biru
Pari totol biru, tersaru oleh pasir

Saat hampir mendekati meeting point, kami bertemu dengan dua sahabat. The mother of liionfish and the ‘sengak’ puffer fish. Ini lionfish yang paling besar yang pernah saya lihat (mungkin ada yang lebih besar lagi ya di tempat lain hehe) nemplok di slaah satu sisi porites. Di sebelahnya ada si puffer fish yang kalau saya dekati dia biasa aja, stay cool berenang di kolom air.

Mother of lion fish
The puffer fish, a friend of the mother of lion fish. 
Tuh kan mukanya sengak hehehe


Kegiatan Underwater Clean Up selesai pukul 11.00 wita. Segera setelah merapat ke pantai, saya membongkar, membilas, menjemur sebentar, lalu mengepak dive gear dalam satu tas. selesia berbilas saya dan Mbak Ama memutuskan untuk berkeliling melihat stand-stand dan kegiatan pada rangkaian acara Sanur Village Festival. 

Berikut beberapa foto yang saya ambil pada Sanur Village Festival 2013, dengan beberapa foto narsis hehehe

Tabuhan musik dari anak-anak di jalan masuk tempat event diselenggarakan
Instalasi biogas di salah satu stand
Dua peserta Fishing Tournament Sanur Village Festival 2013
Salah satu peserta Fsihing Tournament berfoto di sebelah ikan hasil pancingannya
Stand berjejer menjual berbagai maca barang
Mbak Ama di sebelah gantungan-gantungan ikan hasil kompetisi memancing
Kapan lagi foto sama ikan gede digantung :p
'Permisi, numpang foto ya pak' dan bapaknya ikut lihat ke kamera *ketauan :p
Ice cream time :3




:)

Sabtu yang menyenangkan. Alhamdulillah :")

--
Semua foto ketika menyelam diambil oleh Pariama Hutasoit. Makasi banyak Mbak Ama sudah diizinkan untuk dimuat di blog saya:)

Super Siempre.

Temen-temen sekalian pasti punya dong orang-orang terdekat yang dinamakan sahabat. Itu tuh yang biasanya paling sering jalan bareng, makan bareng, olahraga bareng, ngerjain PR bareng sampai buang air pun bareng*ups, ngga deng hehe. Yah pokoknya yang biasanya suka ngerjain sesuatu bareng-bareng, ngegaul bareng-bareng terus. Bedanya mungkin kalau dengan teman adalah orang-orang yang satu sekolah, satu kampus, atau satu les-lesan yang ketemu ngobrol lalu dadah byebye begitu saja. Nah, kalau bagi saya yang namanya temen itu terbagi menjadi tiga, yakni sahabat bangeeet atau sahabat bangeet atau sahabat banget (semuanya sahabat loh :p). Eh, bedanya ada di jumlah ‘e’nya deng hahaha. Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi perbedaan jumlah huruf ‘e’. Pada kata yang paling banyak huruf ‘e’, yaitu sahabat bangeeet saya, adalah orang-orang yang memenuhi (kurang lebih) kriteria sebagai berikut.



Satu, syarat mutlak, dia tidak melayang tidak pula setengah badannya berada di bawah permukaan bumi, tetapi dia menapakkan kaki di tanah ketika berjalan *kasat mata:p. Dua, saat berbagi mimpi dengan orang-orang ini maka saya merasa bola mata saya membesar, terus (mungkin) oleh mereka terlihat berbinar-binar. Tiga, saat berbagi mimpi dengan orang-orang tersebut maka semangat saya dapat meluap-luap, lalu jantung saya (rasanya sih) berdetak lebih kencang dari biasanya. Empat, saat berbagi mimpi dengan orang-orang tersebut maka (rasanya sih lagi) darah saya menggelegak *huwooh menggelegak mameen! Lima, orang-orang ini mengingatkan satu sama lain. Mengingatkan dimana meletakkan hp, meletakkan hardisk, meletakkan buku, meletakkan catetan-catetan penting, meletakkan hati #eh, termasuk juga mengingatkan ke-Dia. Enam, orang-orang yang ngga jaim di depan saya, bisa bicara hal-hal yang ngga penting sewaktu-waktu secara berkala (tapi InsyaAllah bicara yang ngga bikin dosa kok hehe). Contoh: kami lagi jalan lalu lihat plang bertuliskan “Kuda dilarang parkir” lalu orang ini bilang “Emang bakal dibaca kuda ya, Ren?” dan saya mlongo sejenak kemudian ketawa ketiwi sepanjang kami berjalan kaki menuju kosan. Bukankah dunia ini banyak orang suka gengsi, jaim, jadi kalau ngobrol selalu yang serius-serius? Begitu juga saya juga kalau ke orang yang belum begitu kenal hehe. Jadi menurut saya kalau orang sudah bisa ngobrol yang ngga penting begini secara berkala berarti kita sudah sahabat bangeeet *alasan aneh, tapi tak mengapa toh tolak ukur tiap manusia untuk menentukan hal ini berbeda-beda. Tujuh, orang-orang ini masih menjalin hubungan khusus (wow hubungan khusus loh!) ketika ruang muncul menjadi pembatas pertemuan-pertemuan, pembicaraan-pembiacaraan. Delapan, orang-orang ini berani berbicara ‘pedas’ sehingga saya tidak sulit-sulit ‘berkaca’. Sembilan, layaknya persyaratan kawan baik pada umumnya, orang-orang ini tertawa bersama, berbagi apapun yang bisa, layak, dan pantas bahkan sedikit memaksa kalau memang harus untuk dibagikan, mengalami cekcok kecil lalu berbaikan lagi. Dan Sepuluh, orang-orang ini tidak tergantikan. Betul, itu dia alasan terakhir, mereka tidak tergantikan.


--- 


Pagi-pagi benar saya berangkat ke Sanur, Sabtu ini saya menyelam. Setengah tujuh tadi saya menuju ke tempat berkumpul para partisipan yang akan mengikuti kegiatan bersih laut. Kegiatan lapangan yang hampir seharian membuat saya baru kembali ke kos sore hari pukul 17.00 WITA. Menjelang magrib saya buka-buka pesan di handphone. Menscroll pesan-pesan yang masuk, membacanya satu-persatu. Hingga sampai pada bagian ini. 



--- 



[Super Siempre 1434 H] 




28 September 2013


U : Bakekok



F : Kalian sedang apaaa

U : Sedang nahan angin

N : Gue lg kebangun nih. Suka kebagun jam segini. Lagi g sholat. Enaknya ngapain ya?

D : Menghitung bintang2 Din

L : Merenungi masa lalu Din.

F : Mencari kutu Din

L : Hahaha...kita ini temna-teman yang menunjukan jurang kehancuran deh. Coba kasih jawaban yang akhwat fal, yan. Bermunajat kepada Allah, Din

F : Dzikir , Din. Berdoa 

D : Sholat Din, minta pertunjuk. Bermuhasabah

F : Lagi ga shalat kan dia

D : Ohiyaa wudhu aja ding kalo gitu

F : Naik jet coaster

N : Akhwat Fal

D : Cukur jenggot aja Din

L : Akhwat, Yan

F : Akhwat harusnya ngapain dong? Oh iya, cari jodoh Din

L : Lah, ngelamar hansip dong? Jam 1 mah Cuma hansip soleh aja yg bangun Fal. Sisanya cowok ajep2 lg triping

F : Eh betul juga haha. Ya gapapa kan>yg penting sholeh. Ato nyari pak sholeh aja. Ciee midun tau cowok ajep2 triping

L : Iye dong. Gw 

F : Eh bagus juga. Basanya piring warna apa yang diputer, Dun? 

L : Oren Fal, biar heboh

D : Ompreng ya Dun?

L : Iye! Omprengnya gw semprot pilox warna oren. Pylox ding nulisnya. Pak soleh itu juru masak di ic Fal. Udah tua juga, dini sebaknya jangan sama dia lah.

D : Ama anak pak soleh aja diin bisa menghasilkan ompreng dengan nada ajep2

L : Bener juga!

N : Berdoa aja urang ah! Ada yang mau nitip berdoa? Haha. Eh, kita slaing mendoakan yuk. Lo pade kepengen apaan sih? Lg pada fokus doa apaan sih? Hahahaha

F : Pengen dikasih kesempatan jadi manusia yang ngasih banyak manfaaaaaat ke sebanyak-banyaknya orang

L : Haha.. gw pengen ketemu Rasulullah Din

U : Gw pengen keterima di petrokimia gresik. Huhuhu 

D : Pengen deket ama Allah diiins edekatdekatnyaa

U : Untuk jangka pendek itu dulu. Jangka panjangnya ky dian ky midun ky falma

F : Lo mau apa Din?

N : kalo gw tau kan bisa sekalian didoakan

L : Asik! Bener ya Din! Haha

N : Saling mendoakan

L : Din, td gw baru diingetin lagi sama orang. Kalo sebelum masuk surga kita tuh harus nyebrang neraka dulu. Huwaaa. Baru inget lagi lah. Trus gw merinding

F : Lo mau didoain apa Din?

N : Iya, kalo masih ada utang dosa, mesti dibales dulu

D : Diin kalo gitu gw mau didoain dosa2nya diampuni dan diridhai Allah aja diin

N : gue ingin berkumpul sm orang-orang yang gue sayangi di telaga kautsar, tanpa hisab. Amiin, siap, Yan!

D : amiin! Doanya digabungin aja din terus buat semua gimana? Haha

N : memang demikian niat gue yaan

D : *gambar orang bergandengan tangan*

R : Siempreeeeeh. *gambar orang bergandengan tangan*

N : Kali reni apa rewwn?

R : Hayuuuh saling mendoakan. Kalo apa kali diniii? Nek kali ora ono neng kene :p Bismillah.

N : *kalo. Aduh maaf newbie pake tacskrin

R : Semoga diampuni dosa dosa sekeluarga, juga temen-temen sekalian. Dihindarkan dari siksa api neraka. Termasuk dalam orang2 yg dikumpulkan oleh Allah nanti. semoga kita nyebrang jembatan sirathal mustaqim secepat kilat (katanya bisa dilakukan di dunia kita sholat tepat waktu kan ya >.<). Terus di dunia dihadapkan hatinya ke Allah, hanya ke Allah. Kok panjang ya temen-temeen. Tapi seingetnya aja ndak papa nek kepanjangen.

L : Reniii makasi udah ingetin. Selama ini masih nunda shalat euy. Makasi banyak. Kalo kalian pade2 masuk surga, jangan lupa tanyain gw dimana ya

N : Jangan lupa tanyain gue dmn

L : InsyaAllah diin, semoga kita temenan ampe surga ya

R : Amin YA Rabbalalamin. Udah diatur aku ndak masuk ke stin atau ke sekolah lain tapi di sith itb biar ketemu temen-temen kaya kalian. Alhamdulillah Alhamdulillah. Nanti doa kalian tak catet tak tempel di dinding kamar kosan. Ben bisa dilihat.

L : Renio.. aku nangis beneran nih sekarang, haha

R : Aku juga duuns. Dan aku merasakan darahku menggelegak

L : Tanggung jawab! Haha

R : Aneh ini tapi beneraan

L : Aduh beneran nangis lah, haha. Makasih ya siempre sarimin udah mau inget kau dalam doa doa kalian :*. I heart you muah deh pokoknya.

F : Ih kaliaaan. Gw lagi di ancol, ada konser smash. Ga bisa nangis

L : Geblek, haha. Naha nonton smash?

R : Faal nonton apaan? Dangdutan yak?

F : hahaha kagaaak, gw bw oma jalan2 kan mumpung ada sepupu-sepupu. Ke ancol. Trus ternyata di sini ada smash lg konser. Fanmeeting gitu sih

L : Asik! Lo salah satu yang ngantri ya Fal?

F : haha gw ga perlu ngantri Dun, langsung dianter ke backstage nanti berabe. Ah gw pengen printskrin percakapan kalian di atas, tapi ga bisaa. Ada yg bisa? Emailin dong ntar

L : Gk bs gw faal. Hahaha

R : Mau dong Duns. Eh sumfe ye. Aku tadi berpikir untuk menuliskan ini hehehe. Boleh ngga?

F : Menulikan apa?

L : boleh reen! Boleh banget! Hahaha

R : ya percakapan diataaas. Ah asiiik. Sip malam ini harus produktif!

F : bagus reen ketikin dong, trus imelin

R : siiiiiiiipp 

U : apasih apasih. Si falma ngerusak flow ah. Aku ikut aja doanyaaa

F : gapapa me sekali2 kan gw

U : yakinlah doa kalian baik2 semua bagi kitaa

L : Amiin

D : huwaaaw! Jd inget ini baru mau isya soalnya tadi makan dulu. Sek yaaa 

--- 

Begitu saja, selesai membacanya mata jadi sedikit sembab. 
Lalu saya tulis di kertas-kertas, saya tempel di dinding kamar. 
Agar selalu ingat.

--- 

Tidak ada nikmat yang lebih baik dari teman yang shalih, yang diberikan kepada seorang hamba setelah Islam. Jika dia lupa, maka temannya mengingatkan. Jika dia ingat, ia membantunya. Siapa dari kalian mendapatkan cinta dari temannya, hendaklah ia memegangnya, karena sesungguhnya itu sangat jarang ditemukan. –Umar bin Khattab.

Tidak seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 1492)

Begitu katanya temen-temen. Syaratnya satu, dilakuan dengan diam-diam. Kemudian akan dikatakan “Bagimu kebaikan yang sama.” 

Sungguh Allah itu Maha Baik ya :”

--- 

Sedikit penutup.

Suatu malam, kurang lebih dua tahun lalu, adalah malam ketika belajar bersama untuk UTS. Tiga orang di kamar terdepan bergelimpangan di lahan-lahan kosong kamar tersebut. Di sebuah rumah paling ujung, berdiri pada sisi kiri jalan, rumah dengan pagar berwarna biru muda. Nama gangnya gang mama usen, Plesiran.

R : (udah keliyengan baca bahan) Faaal bawa makanan ngga?

F : Aku bawa milo tuh, abisin aja. Bikin sana gih, sekalian bikinin aku ya hahaha. 

D : Mau juga doong.

Lalu R dan D membuat susu cokelat kental manis lezat tiga gelas. Malam itu dari mereka masing-masing menghabiskan 1 gelas penuh. Selesai belajar tiga orang ini tidur, bergelempangan pula. 

Pagi menjelang. Lapar. R memegang kardus Milo semalam, ‘kruk!kruk!’ menggerak-gerakkannya untuk mengecek masih ada isinya atau sudah habis. Membuka tutup kardus, kemudian mengintip alumunium dengan serbuk susu di dalamnya. Ah, ternyata tinggal sedikit saja. Lalu dia tutup lagi bagian atas kardusnya. Tapi tiba-tiba “Hah!” matanya tertuju pada expired date si susu ini. memnunjukkan expired date sudah dua minggu berlalu.

R : Diiiiin. Diiin coba sini Din.

D : Kenapa Reen? (teriaknya dari kamar)

R : sini keluar bentaar

D : {keluar kamar) Ono opo tho mbake manggil manggil segitunya?

R : Din coba sini liat, ini susu yang semalem kita minum. 

D : (Memperhatikan dengan seksama tulisan yangg saya tunjuk. Antara mangap dan mlongo) Faaaaal. Faaal kok ini gini tanggalnya?

F : (dari dalem kamar) tanggal apaan?

D : ini nih tanggal susu milonya udah expired yang semalem. Tau ngga lo?

F : (dari dalam kamar) iya tau makanya gue bawa kesini biar cepet abis.

D&R : (mlongo) 

R : Lhah kalo kita mejret piye dong Fal?

F : (keluar dari kamar) kata mamaku kalo makanan yang serbuk-serbuk gitu selama dia masih berupa butiran, maksudnya ngga jadi mengendap atau lengket-lengket, walaupun udah lewat expired datenya tetep masih layak makan kok. Di rumah juga ada bahan masakan yang masih butiran udah lewat dua tahun expired datenya tetep dipake, dan oke-oke aja. 

D&R : (super mangap dan super mlongo)

Beberapa hari setelah tragedi itu, Alhamdulillah tidak terjadi sesuatu apapun pada tiga orang yang menegak segelas-penuh-coklat-hangat-lezat yang expired datenya sudah lewat dua minggu tapi masih berupa serbuk-serbuk normal.

Epic banget kan sahabat saya ini!

Selesai.

Jumat, 20 September 2013

Untuk putri sahabatku, Amberley.


Halo Amberley, salam kenal :)

Amberley Athena Mahayunda, langit kebijaksaan yang cantik.

Selamat datang di dunia tempat manusia mengumpulkan bekal. Aku sampaikan titipan doa dari kawan-kawan ibumu.

Rabbana hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyaatinaa qurrata a’yuun waj’alna lilmuttaqina imama.

Aku dengar kau sudah lahir, aku ingin berbicara dengan ibumu tapi sepertinya perlu menunggu waktu yang tepat. Jadi boleh ya lewat tulisan ini sedikit berbagi ceritaku bersama ibumu :)

--- 

Rabu, 18 September 2013.

“Renihooooo”

Satu pesan masuk ke handphone saya. Dari seorang sahabat, Melissa Harnas. 

Saya   : “Ico Maricohoo. Amicuu :* mau telpon dong coo:D”

Ibumu : “Heiiii. Aku lagi di rumah sakit.”

Saya   : “Waaaaa. Udah mendekati cooo?:D Aduuuh tetiba deg degaaan”

Ibumu : “Udah bukaaaan. Dari tadi malam tiba-tiba perutku suakiiit Ren. Terus tadi siang keluar darah. Pas dicek ternyata udah bukaan 2. Yowes aku dirawat inap nunggu bukaan selanjutnya dan pecah ketuban :D Doa’in lancar yo Reen. Aku masih bisa hahahahihihi sih wkwkwk. Tapi mau istirahat dulu ngumpulin energi buat nanti. Ntar tak kabari lagi ;)

Saya  : “Waaaa Maricoo semoga persalinannya lancaar, Bismillahirrahmanirrahim. Coo Mas Adi-mu sudah di RS juga?”

Ibumu : “Mas Adi udah di udara otw Surabaya bentar lagi nyampe. Nanti kalo udah lahiran tak kabari (y)”

--- 

Berdiri mematung.
Masih surprised memandangi layar handphone. Ini teman saya udah mau lahiran.
Tersenyum, menghirup nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Rasanya ikut berdebar-debar.
Lalu saya beranjak dari kantor, yang ternyata gerimis di luar.
Hujan. 
Segera saya memanjatkan doa.

--- 

Dua tahun lalu. Kamis adalah jadwal praktikum biologi sel molekuler. Bu Marcell menjelaskan di depan ruangan materi praktikum kali ini. Haduh, cepat sekali Bu Marcell mencatat di papan, membuatku malas mencatat. Celingak-celinguk. Di sebelahku ada ibumu yang sedang memperhatikan bu Marcell seraya mencatat. Aku melirik catatannya, lengkap mamen. Ditambah dia gaul banget mencatat tanpa melihat ke buku! sekali-sekali doang deng ngeliat ke buku hehe. Jadilah aku setelah praktikum selesai langsung mendekati ibumu. Ngapain? Ya pinjam catetanlah :p

Sejak itulah aku mulai dekat dengan ibumu, jadi sering main ke asrama putri ITB, tempat kosnya. Baik untuk ngerjain tugas atau belajar bareng yang hampir selalu berakhir ketiduran karena suasana asrama yang adem enak banget buat tidur hahaha. Berangkat dijemput sama ibumu di Plesiran sambil membawa sepeda lipat yang ditaruh di tengah-tengah boncengan sepeda motor. Biar kalau besoknya balik ke Plesiran ngga perlu jalan kaki. Jalan turunan Dago-Plesiran memang paling enak kalau dibuat sepedaan, ngga perlu dikayuh ban-nya udah nggelinding sendiri hehe.

Lalu mulai ikut kegiatan-kegiatan dimana kami menjadi satu tim. Lomba pertama yang kami ikuti ialah kompetisi pembuatan proposal kewirausahaan. Satu tim kami beranggotakan 5 orang; aku, ibumu, Gagas, Kamal dan Gatot. Judul proposal kami saat itu tentang bisnis vermikompos. Yang jelas tidak menang karena setelah dianalisis pembahasan saintifik tentang vermikomposnya berkali lipat lebih banyak dibanding menekankan sisi kewirausahaan itu sendiri. Memakai judul mirip judul-judul praktikum yang panjang kali lebar kali tingginya seukuran jalan tol, sementara tim lain yang masuk saringan judulnya simpel praktis eyecatching. Jadilah memang sepantasnya kalah hahaha. Daaan salah satu kawan ibumu, Kamal, ternyata punya tim sendirilah parah banget dia ternyata mendua ckckck, masuk dalam saringan pulak yang judulnya Angkringan Nusantara oleh M. Kamal Muzakki. Tapi akhirnya ngga menang juga deng soalnya dia kalah di seleksi keduanya, baru bikin esay 15 menit menjelang pengumpulan katanya waktu itu:p *peace Mal ^^v

Berikutnya kami bikin proposal PKM Penelitian, satu tim bareng anak jurusan sebrang tetangga gedung, tentang kandang ayam yang oke untuk ternak ayam. Soalnya kakekmu sama bapakku waktu itu lagi gemar-gemarnya melihara ayam (kurang lebih begitu kan ya Ca?hehe). Mana di PKM ini pake ngambek ngambekan segala sama ibumu. Jadi waktu itu adalah suatu sore dengan hujan deras. Entah lupa apa yang membuat kami saling ngambek begini tapi perlu ngeprint buat dikumpulin secepatnya. Terus aku dan ibumu diem dieman, tapi tetep ngetik-ngetik ngerjain proposalnya. Lucu kalo diinget-inget :” Dan tidak lolos juga proposal PKM-P ini hahaha.

Lalu lomba terakhir yakni National Innovation Contest Machine Festival (NIC M-Fest). Dalam lomba ini kami bertiga; aku, ibumu, dan Gagas, setelah ber-blablabla babibu akhirnya kami memutuskan membuat proposal mengenai “Pengolahan limbah cair rumah tangga terpadu menggunakan eceng gondok (E. crassipes) dan karbon aktif” kurang lebih judulnya seperti ini. Lomba yang dimana kami mengumpulkan biodata pribadinya sudah lewat waktu yang ditentukan, rasanya sudah ngga ada harapan. Tapi ternyataaa masuk dalam 20 besar finalis dan diliput metro tv pulak:3 Coba minta ke ibumu untuk melihat tayangannya hehe. Setelah keluar pengumuman dari panitia bersibuklah kami membuat mock-up sistem pembersih air rumah tangga tersebut. Delapan puluh persen pembuatan mock-up dikerjakan oleh ibumu dan Gagas. Kesalahan besar (bagiku) saat kami memilih asrama putri ITB sebagai base camp untuk menyelesaikan project. Udara dingin di asrama membuat kelopak mataku berat, terkantuk-kantuk, bahkan ketika baru akan memulai (ya amfun Reni-.-). Atau yang niatnya cuma tidur sebentar dengan meminta izin,” Icaa, Gagaas bangunin 5 menit lagi ya. 5 meniiit aja yaa,” kataku dnegan sudah berselonjoran di kasur ibumu yang kemudian selalu berakhir tidur lelap hingga esok tiba hahaha syalalaa~

Setahun lalu, pertengahan Juli 2012. Setelah membayar 2 plastik es goyobod pada pak penjual, aku berjalan ke tempat kos ibumu. Es goyobod untuk buka puasa sore itu. Selesai berbuka puasa, kami ke Masjid Salman untuk tarawih. Malamnya aku menginap di kosan ibumu, ‘saling menjaga’ agar tidak tertidur untuk membuat slide presentasi rancangan penelitian tugas akhir. Disela-sela mengetik kami ngobrol, ngobrol buanyaaak sekali. Dimulai dari diskusi tentang penelitian ibumu, penelitianku, memperkirakan pertanyaan-pertanyaan apa yang akan muncul saat dipresentasikan ke dosen pembimbing, teknis lapangan yang akan dilakukan nanti, hingga pembicaraan menyangkut ke pemilik tulang rusuk. Satu permintaan ibumu yang kalau dipikir sekarang bikin aku geli, ketika ibumu berkata padaku seperti ini,” Ren, nanti aku kan penelitian tugas akhirnya akan lama di lapangan. Boleh minta tolong ngga sampaikan ke orang piiiiiiip kalau aku sebenernya punya perasaan padanya piiiiiiiiiip.” Aku hanya menjawab permintaannya dengan berhahahihi (Dan ibumu sungguh mencintai ayahmu sehingga kalau kami membahas lagi cerita ini jadi senyam senyum sendiri)

Akhir Juli 2012. Akhir bulan ini ibumu akan ke Bangladesh untuk mengikuti konferensi yang membahas tentang climate change kemudian langsung ke Kalimantan untuk ambil data penelitian tugas akhir. Aku sendiri akan mengikuti program kegiatan berlayar ke Indonesia timur kemudian setelah itu mengerjakan penelitian di Bali hingga Januari tahun berikut. Rasanya ini adalah waktu bertemu terakhir kami tahun itu (eh ternyata bisa ketemu lagi deng sehari buat ngasih oleh-oleh miniatur becak emas silver dari Banglasdeh :3). 

Begitulah. Sesekali kami bertelepon, bertukar cerita. Ibumu menceritakan bagaimana dia melakukan pengambilan data. Menggelar transek dibantu beberapa orang dari perusahaan yang membiayai penelitiannya. Lalu tentang orang-orang setempat yang berpikir,”Aduh ini si mbak siang-siang begini ngapain sih nglingker-nglingkerin meteran ke pohon diukur-ukur” yang mungkin se-awkward aku buat orang-orang di Toyapakeh,”Ini orang ngapain berkano malem-malem ngeliatin karang.” Karena dengan berbagi cerita seperti ini, kami bisa saling menguatkan. (ya kan Ca :) )

Satu telepon dari ibumu di awal September. Dia bercerita tentang orang-orang kantor di perusahaan tersebut yang menanyakan apakah si ibumu sudah punya pacar atau belum lalu mulai iseng mengajukan nama-nama orang di kantor. Telepon berikut dia bercerita tentang satu sosok laki-laki yang ada di perusahaan yang membiayai penelitiannya, yang katanya kalau bertemu saat makan di kantin laki-laki ini yang paling jarang menyapanya dan duduknya suka sendiri, tidak bergabung dengan karyawan lain. Lalu telepon berikut ibumu mengabarkan dia mulai ditanyai dengan serius oleh seorang laki-laki. Dan telepon berikut lagi menginformasikan bahwa ibumu akan menikah akhir tahun. Ya, menikah akhir tahun katanya :”)

30 Desember 2013. Pukul 11.00 WITA. Pesan singkat dari ibumu: “Reeen aku mau telfon.” Lalu aku sibuk memakai jaket, jilbab langsung pakai, menggapai kaos kaki di samping bantal, segera mengenakannya kemudian tergesa keluar rumah. Kalau kau suatu saat nanti ke satu perkampungan pesisir bernama Toyapakeh, dan saat kau menginjakkan kaki di sini masih belum juga bertambah bts yang dipasang di wilayah ini, maka bila ingin lancar menerima telpon atau menelepon orang memakai kartu ind*sat maka aku sarankan kau untuk duduk di tepi pantai hehe. Saat itu aku berjalan cepat setengah berlari melewati rumah-rumah, Dermaga Toyapakeh kemudian berbelok ke kanan. Pepohonan rindang didepan tembok rumah penduduk menaungi sederetan kayu yang dipaku pada dua penahan di kedua sisinya. Tempat pewe untuk menelepon. Ini adalah hari ayah dan ibumu melaksanakan akad nikah.

Tuit..tuit.tuit. 
Telepon dari ibumu.

”Halo Assalammualaykum Icaaa. Icaa aku ikut seneeeeeng Icaaa maaaaf aku ngga bisa ke Riau,” sederet kalimat aku ucapkan bahkan sebelum ibumu bilang halo.

“Iya Ren, ini aku lagi persiapan dikit lagi buat akad nikah nanti sore. Ngga papa tenang aja, yang penting doanya ya Ren,” kata ibumu.

Di kesempatan singkat ini ibumu bercerita tentang persiapan yang dilakukannya sejak beberapa hari lalu. Tentang keluarga besar berkumpul di rumah kakekmu di Riau, juga keluarga ayahmu yang jauh-jauh datang dari Surabaya. Ibumu bilang betapa berdebarnya dia sekarang kemudian bercerita sedikit tentang pertemuannya dengan ayahmu. Mendengar suaranya saja aku bisa membayangkan dia sedang teramat berbahagia. Aku mengangguk-angguk tersenyum sambil sesekali menanggapi obrolan. 

25 Januari 2013. Aku sedang di warung makan Pak Restu (masih) di tepi pantai Toyapakeh saat menerima pesan gambar dari ibumu. Sambil makan aku buka pesan di handphone, lalu kembali melanjutkan makan. 

Beberapa saat kemudian. 

“Kamu udah lihat foto yang aku kirim belum?” satu kalimat pesan muncul. Dari ibumu. Lalu aku cermati gambar yang dikirimkannya tadi, ternyata foto secarik kertas. Aku perbesar. Bola mataku membesar, tersenyum menahan diri untuk tidak berteriak dengan mulut penuh nasi.

“Waaaaa Icaaa baru selesai di donlot dan baru ngeh. Alhamdulillah selamat ya Icaaa,” dan blablabla aku menulis balasan padanya.

Secarik kertas yang menjadi bukti bahwa sahabatku ini sedang mengandungmu. Kertas yang mencantumkan pernyataan bahwa kau sudah bertumbuh di rahimnya saat itu.

--- 

Semalam ibumu menyampaikan dia sedang di rumah sakit, sudah bukaan 2 katanya. Semacam live report dia selalu mengabarkan berita-berita terbaru. Aku ikut berdebar. Lalu besoknya pukul 18.09 satu pesan masuk ke handphone, juga dari ibumu yang mengabarkan kalau kau sudah keluar dari perutnya. Ah, ibumu ini :”) 

--- 

Amberley, agaknya aku ingin menyampaikan beberapa hal padamu.

Kau perlu tahu Amberley, tidak mudah bagi sahabatku menjagamu untuk tetap aman dan nyaman di perutnya. Tiga bulan pertama mengandungmu dia sangat-tidak-boleh-banyak-bergerak. Bagi anak lapangan macam dia hal ini sungguh merepotkan. Tapi dia menggunakan usaha terbaiknya untuk membuatmu tetap aman dan nyaman di rahimnya.

Kau perlu tahu Amberly, trimester pertama saat membawamu di perutnya adalah masa-masa penulisan skripsi, masa-masa bertemu dosen pembimbing, masa-masa menjelang sidang tugas akhir. Yang untukku ini adalah ujian yang berat, tapi tidak bagi ibumu karena ada yang jauh lebih harus dipertanggungjawabkan, yaitu dengan keberadaanmu di perutnya. Baginya mengolah data statistik menghitung nekromasa berkayu, vegetasi bawah, maupun akasia berumur 5 tahun, sudah bukan tantangan utamanya. Dengan adanya dirimu di perutnya, rasanya urusan itu menjadi prioritasnya yang kesekian.

Kau perlu tahu Amberley, malam-malam dimana ibumu menelepon dia bercerita betapa dia sudah sangat menunggu kehadiranmu. Dia yang dari suaranya aku bisa membayangkan wajah dengan mata yang berbinar-binar ketika mencoba mengajakmu berbicara selagi kau masih di dalam perutnya, tentang bagaimana dia curhat padamu mengenai kegiatan sehari-harinya. 

Kau perlu tahu Amberley, ibumu ini mengajarkanku lebih banyak hal dari cerita-cerita yang disampaikannya saat mengandungmu. Tentang sabar, tentang betapa bahagia bila dapat selalu bersama dengan orang yang kita cintai, tentang bagaimana rasa lelahnya hilang ketika meski perutnya sudah besar denganmu di dalamnya dia tetap semangat, tak habis tenaganya untuk memasak, mencuci baju untuk ayahmu, lalu tentang menjadi istri yang patuh pada suami, dan banyak lagi.

Satu hal penting dari keberadaanmu sekarang yang kau perlu tahu Amberley, ini tentang jodoh. Cerita mengenai bagaimana sahabatku bertemu dengan sang pemilik tulang rusuk. Tentang ibumu yang bertemu ayahmu di tempat dia mengambil data untuk penelitian tugas akhir, di lahan reklamasi tambang di Kalimantan Timur. Siapa sangka mereka akan bertemu di sana? Bertemu, klop, meminta persetujuan orang tua lalu memutuskan menikah, mengandungmu, lalu kau sudah hadir saja di dunia hari ini.

Maka cerita mengenai hal inipun Amber, sudah pasti tertulis dalam Lauh Mahfudz, kitab tempat dituliskan segala kejadian, konsep dan lain sebagainya di alam semesta bahkan jauuuh jauh hari sebelum semesta ini diciptakan. Yang Maha Menciptakan memunculkan seorang perempuan bernama Melissa Harnas yang untuk penelitian tugas akhirnya mengambil proyek dosen pembimbingnya. Judul penelitannya sudah cukup oke untuk menelusuri keberadaanmu saat ini, yakni Menghitung Estimasi Stok Karbon Hutan Revegetasi di Area Reklamasi Pasca Tambang Batubara PT. Multi Harapan Utama di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Haha panjang sekali ya. Hmm maksudku begini. Skenario Allah lah yang mengatur proyek ini dilakukan PT tersebut (PT tempat ayahmu bekerja) yang memiliki hubungan kerjasama dengan salah satu dosen di jurusan kami. Kemudian Dia, melalui tangan tak terlihat-Nya, menggerakkan ibumu untuk mengambil proyek ini atas persetujuan sang dosen pembimbing. Berangkatlah ibumu ke Kabupaten Kutai. Bertemu dengan sang pemilik tulang rusuk. Pembicaraan singkat saja, memantapkan hati kemudian menikah. 

Aku rasa ini hanya secuplik skenario dari Yang Maha Menggerakkan yang aku mencoba meraba untuk membacanya. Di balik itu pastilah banyak titik–titik lain yang (mungkin suatu saat nanti kau ngobrol dengan ibumu) bila dilihat keterikatan satu sama lain akan membuat kita mengangguk-angguk tersenyum akan situasi, keberadaan kita saat ini. Coba saja kita pikirkan, kalau ibumu tidak sekolah di kampus ini apakah akan ada kau? Atau misalnya dia mengambil jurusan lain di kampus ini, apa dia akan mengerjakan proyek tersebut lalu bertemu dengan ayahmu di PT itu?

Baiklah Amber, kita tahu Dia Yang Maha Kuasa sudah mengatur semuanya. Detail, ya dengan sangat mendetail. Bahkan bila ingin tahu sedetail apa lalu kita coba mempraktikkannya dengan merangkai sebuah kalimat kemudian ingin menjabarkannya dengan S-P-O-K (seperti yang aku pelajari saat SD) keterangan tersebut tak akan pernah cukup membantu. Dia punya keterangan yang lebih detail dari sekedar keterangan waktu, keterangan tempat. Dia mengatur pertemuan-pertemuan, waktu orang-orang berpapasan untuk terjadi pada tahun, bulan, tanggal, jam bahkan detik keberapa. Beberapa saat lalu Dia juga yang mengarahkanku untuk membelokkan stang motor ke kanan, segera berkendara di sisi kanan jalan karena sejenak kemudian aku lihat ada sebuah semangka besar melayang dari mobil angkutannya pecah berhamburan di jalan raya, waktu yang tepat untuk membelokkan stang, sesaat sebelum tertimpuk oleh sang semangka. Dia juga yang mengatur urusan hidup orang, menghentikan nafasnya pada hembusan ke berapa juta, ke berapa miliar, atau bahkan pada satu dua hembusan saja. 

Malah jadi panjang lebar begini. Aku rasa kau akan segera tahu maksudku. Diskusikan dengan ibumu nanti ya hehe.

Baiklah nak, sekiranya aku cukupkan dulu cerita tentang ibumu dan hal-hal yang bisa aku ambil dengan bersahabat dengannya. Kalau kau sudah sedikit lebih besar, ada baiknya kita ngobrol banyak dan tentu aku akan mencubit-cubit pipimu :3 (Boleh ya Caa, hehe)


Semoga kau tumbuh menjadi wanita shalihah, kuat, keren, gaul, cantik, pinter, seperti ibumu. Sampai bertemu segera, Amberley!



Salam hangat,

Reni, kawan ibumu yang sangat ingin mencium dan mencubit pipimu :3

--- 

Ibumu, Gagas, aku, Teh Ella di depan mock-up untuk NIC M-Fest

Aku, Gagas, ibumu saat presentasi di depan para juri NIC M-Fest

Budi, Jane, Teh Fika, Tari, aku, ibumu saat kuliah lapangan (atau lebih tepat liburan deng hehe)

Aku, ibumu,dan  Gagas sesaat sebelum wawancara Metro TV (entah kemana rekamannya~)

Aku, ibumu, dan kamu (usia 3 bulan di dalam perut ibumu).  Foto ini diambil oleh Icang sesaat setelah ibumu selesai sidang akhir.
Amberley berumur 2 hari. Baru saja dikirimi foto ini oleh ibumu :)


NB: untuk ibunya Amberley

Ica sekarang sudah jadi seorang ibu :") Nulis ini aku jadi merasa semacam how time flies and we actually don't know what tomorrow will bring. Dirimu emang sungguh epic, live report pernikahan dan live report lahiran hahaha. Eh Marico, jodoh itu tidak kemana kan Co, betul kan? Karena kalo dia kemana maka dia tidak jodoh, sesimpel itu kan ya hahaha. Btw tadi aku baru cerita ke teman sekantor tentang kisahmu (pake sedikit berlinang air mata gitu deh Co haha) dan dia heboh banget bilang ceritamu kayak di film-film (atau jangan-jangan aku terlalu memberi efek pada ceritamu ya? Ah enggak kok tapi). Yah pokoknya begitulah. Sebenernya aku sangat ingiiin meneleponmu mau denger banyaaak dari kamu tapi sepertinya memang belum memungkinkan. Jadi aku tulis begini dulu saja ya. Ukhibukifillah, Ico :”) Oya tadi pas habis nyeritain tentang dirimu tetiba inget quote dari Bang Tere yang ini nih :

“Kalau memang terlihat rumit lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sederhana. Pengorbanan yang sederhana, kesetiaan yang tak menuntut apapun dan keindahan yang apa adanya.” 
― Tere Liye

Btw kenapa nyerempet kesini deh ya haha. Yowes Co selamat menimang-nimang si dedek ya, sampai ketemu segera InsyaAllah:)



NB: untuk anda

Iya betul ini untuk anda. Untuk anda yang saya pun belum tahu siapa. Yang entah mungkin belum pernah bertemu atau yang siapa tahu nanti kita akan bertemu lagi. Sampai ketemu di waktu dan tempat yang tepat, salam semangat! syalalaala~