Senin, 22 Juli 2013

a re-post.

Menemukan tulisan 2 tahun lalu, saya pos lagi :)

---

Jumat 28 November 2011 (01.19 WIB)

Berawal dari baca buku om Darwis yang berjudul Ayahku (Bukan) Pembohong. Hati rasa nya mak cess baca bagian ini :

“Cerita ini sesungguhnya tentang pengorbanan, keteguhan hati. Ketika kau tetap mendayung sampan sendirian di tengah sungai yang dipenuhi beban kesedihan, tangis, dan darah tercecer dimana-mana, ketika kau terus maju mendayung bukan karena tidak bisa kembali, tapi meyakini itu akan membawa janji masa depan yang lebih baik untuk generasi berikutnya berapapun harganya.” (halaman 183)

Dan

“Itulah hakikat sejati kebahagiaan hidup, Dam. Hakikat itu berasal dari hati kau sendiri. Bagaimana kau membersihkan dan melapangkan hati, bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun membuat hati menjadi lebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak, kabar baik, keberuntungan, harta benda, pangkat, jabatan, semua itu tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan. Sebaliknya, rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga datang dari luar. Saat semua itu datang dan hati kau dangkal, hati kau seketika keruh berkepanjangan."

“ Berbeda halnya jika kau punya mata air sendiri di dalam hati. Mata air dalam hati itu konkret, Dam. Amat terlihat. Mata air itu sumber kebahagiaan tidak terkira. Bahkan ketika musuh kau mendapat kesenangan, keberuntungan, kau bisa ikut senang atas kabar baiknya. Ikut berbahagia karena hati kau lapang dan dalam. Sementara orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak terlatih, bahkan ketika sahabat baiknya mendapat nasib baik, ia segera iri dan gelisah. Padahal apa susahnya ikut senang. Itulah hakikat sejati kebahagiaan. Ketika kau bisa membuat hati bagai danau dalam dengan sumber mata air sebening air mata. Memperolehnya tidak mudah, kau harus terbiasa dengan kehidupan bersahaja, sederhana dan apa adanya. Kau harus bekerja keras, sungguh-sungguh dan atas pilihan sendiri memaksa kau berlatih.” (halaman 291-292)

Subhanallah, selesai membaca buku tersebut langsung saya tulis paragraf yang memuat kalimat di atas. Saya tempel kertas oren bertuliskan kalimat tersebut di dinding kamar saya, biar keinget terus. Tetap dan masih. Kalimat-kalimat dari Tere Liye selalu meng-emphasize everything which are still revolving inside my brain. Saya ini masih perlu banyak banyak belajar untuk mencapai hal-hal tersebut di atas. Baik disadari maupun tidak, masih suka iri sana sini, masih suka bikin kesel orang, masih sok maunya sendiri, masih kekanak kanakkan. Baiklah. Kertas warna oren di dinding kamar semoga bisa menjadi pengingat. Yok, saatnya berubah mumpung masih diberi umur sama Allah. Bismillah!

Tersebutlah dua anak manusia yakni bernama Dian Magfirah Hala dan Falma Kemalasari. Dua orang yang membantu saya belajar memaknai mendayung bukan karena tidak bisa kembali dan terus belajar untuk menghilangkan kekeruhan hati. Dua orang yang selalu ada meskipun saya sudah bersikap sangat menyebalkan terhadap mereka. Dua orang yang berhati besar. Dian yang suka sotoy dan falma yang suka ngebos dan saya sendiri yang udah sotoy suka sok sokan ngebos pula. Haha. Maaf yang banyak untuk kalian atas segala sifat menyebalkan selama kebersamaan kita di tahun-tahun ini. Suka ninggal-ninggalin. Suka sotoy, keras kepala susah dibilangin. Berkata yang tidak mengenakkan di hati kalian. Terutama di semester 5 dan 6 yang aku sok bersibuk ria dengan per-MUN-an. Aku sebenernya nggak sesibuk sampai suka ninggal-ninggalin. Tapi suka males. Merasa kita udah lama nggak bareng jadi rada ngga nyambung hiks. Aaaaa..pokoknya maaaf :’( dan hati ini tersentuh pas kulap biper. Yang aku nggak mau nginep bareng di asrama putri salman bareng kalian (ngotot mau nginep di kosan dan bakal bawa makan pagi sendiri). Dan ternyata pagi itu bangun kesiangan -_-' ndak sempet goreng lauk dan ndak bisa lagi mampir ke warung makan buat beli bekal. Dan pas sampai di pulau rambut. Aku duduk rada jauh-jauhin (kekanan-kanakan) Tetep aja aku dipanggil buat makan bareng kalian. :’) jangan ditiru ya teman-teman, ini jahat sekali menurut saya. Dua teman saya ini memang benar benar deh. Ada orang yang udah dibikin kesel tapi tetep masih aja berbuat baik. Dian dan Falma. Hardisk external saya. Dua teman saya yang selalu bersama-sama, saling mengingatkan, saling menjaga untuk tetap berada dalam lingkaran-Mu.

Dindoon Palmehoong pokoknya aku minta maaf buat hal-hal yang menyebalkan yang diriku lakukan pada kalian. Malam-malam kita belajar bareng bagi-bagi bab. Oh men! Kalo ngga ada kalian tidak mungkin aku mencapai nilai 6,8 untuk biselmol! Oke. Kita tahu nggak semua orang bisa mendapatkan nilai yang termasuk 10 besar untuk mata kuliah itu (sombong gileeeeh) Yang bikin aku selalu berhenti di depan papan pengumuman di TU cuman buat lihat nilai itu dan senyum-senyum sendiri haha. Tanpa belajar bareng kalian? Might be I’d losing out that achievement haha and sooo many others dari belajar bareng kita. Dari Dian saya belajar untuk tegas. Salah satunya tegas tentang suatu keputusan. Baik itu menolak untuk berbuat apa yang kurang ‘sreg’ di hati, ataupun dengan mempertimbangkan sesuatu sehingga menolak untuk melakukan apa yang membuat saya ‘repot sendiri pada akhirnya’. Falma. Temen saya yang cerdas. Honestly, temen saya ini sukanya tidur. Dimana aja (haha sori pals, udah jadi rahasia umum kan :p ) tapi jangan ditanya IPK nya..IPK cumlaude men! Seorang MSDM sejati (yang dulu katanya sebel kalo disuruh ngurusin SDM dan ternyata Allah memberikan amanah dia jadi MSDM di mana-mana) dan jadilah orang satu ini pandai bagaimana mengatur orang-orang di sekitarnya(secara emosional terutama). Dari temen saya yang satu ini saya belajar untuk menjadi pendengar yang baik. Falma adalah seorang pendengar yang oke dan solutif  :D

Ya, itu mereka dua sahabat saya. Sekarang kami sudah mulai masuk tingkat akhir. Dimana saya liat banyak orang yang suka jalan sendiri-sendiri, kami masih suka jalan bareng (jalan dari kosan ke kampus, jalan dari kampus ke salman, jalan dari lantai 4 ke himpunan haha). Tiap hari rabu malam mereka nginep di kosan saya dan kami masak bareng. Lumayanlah, sambil latihan ntar kalo jadi ibu masakin anak-anak hehe (Dian maaf aku tadi malem ngeselin banget waktu masak >.<). Mereka yang tiba-tiba suka nyangsang dateng ke kosan cuman buat numpang tidur siang (atau bahkan minjem kunci kosan buat numpang tidur karena saya kuliah dan mereka jam kosong). Kita yang sekarang berdagang bareng buat kuliah lapangan akuakultur (semoga dagangan kita laku keras ya teman-temaaan). Harapanku makin eksis juga ya kita di dunia pertelevisian, barangkali ada stasiun televisi lain yang mau mempromosikan kita di acara-acara gahul kaya innovator metro tv gitu haha. Semoga Dian, kamu sukses dengan TA-mu yang tentang buah pisang itu dan kamu Fal, sukses dengan pengukuran gelombang otak (ati-ati Fal, kamu mau ngukur gelombang otak Gatot kan? Aku pikir gelombang otak anak itu lain dari manusia pada umumnya hehe. Orang yang satu ini luar biasa lho, kadiv keprofesian yang tahu segalanya haha).

Semoga kita bisa terus maju mendayung bukan karena tidak bisa kembali, tapi meyakini itu akan membawa janji masa depan yang lebih baik untuk generasi berikutnya. Jadi inget curhatan-curhatan yang lalu-lalu. Banyak ya batu-batu kerikil yang suka bikin kita tersandung hehe. Udah tau banyak batu kerikil, tapi tetep aja lewat situ. Tapi nya lagi kalo idup tanpa batu-batu kerikil itu dan nggak pernah kesandung atau bahkan sampe dengkulnya robek berdarah-darah, kok rasanya hidup tak berwarna yak (adeuuuuhh..gaul geela kalimatnyeh). kalo nggak gitu kita nggak ada yang bagi-bagi cerita dongs. Jadi saya ucapkan terimakasih kerikil-kerikil yang menjadikan kita suka menggosipkan kehidupan hoho jadi dari situ kita bisa banyak belajar. Kerikil-kerikil yang ketika dilewati membawa janji masa depan yang lebih baik. Nggak papa lah jatuh, tapi harus berdiri lagi, atau ngesot dulu juga nggak papa deh. Tapi tetep, kita harus mencoba berdiri lagi. Jangan berlarut-larut dalam jatuh atau ngesot kelamaan soalnya ntar bisa jadi suster ngesot di rumah sakit berhantu, nggak mau kan nge-gank bareng hantu-hantu rumah sakit?!!

Baiklah. Semoga waktu-waktu sebelumnya bisa menjadi kurva belajar bagi kita. Sebagai pembelajaran yang bisa kita ambil hal-hal yang baik dan meninggalkan apa yang memang seharusnya ditinggalkan. Belajar untuk membuat hati menjadi lebih dalam dan jernih. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya ya Din, Fal :')

Satu berhubungan dengan yang lain
Aku, kamu, dia, mereka, kita
Ya. Sebab akibat
Akan selalu membekas
Suka tidak suka
Di setiap ucapan selamat datang selalu menanti lambaian sampai jumpa
Meski nanti ketika kita meninggalkan jejak yang tersapu ombak
Yakinlah bahwa semua ini lebih dari untaian sajak.


Sumpahlah ini gambarnya sangat tidak jelas! Haha.
Baiklah. Bulan sudah beranjak dari peraduannya
Larut memudar berganti semburat rona pagi
Selamat terlalu-pagi-sekali kawan-kawan semua, selamat terlalu-pagi-sekali ucrit!

Be strong stay strong
Keep on fire! Hamazah!

Selalu semangat untuk esok :)

*menambahkan. Menyadari bahwa (ceileeeh), diantara kita ada yang mengikat kuat lebih kuat dari ikatan persaudaraan. Yang membuat satu dan yang lain akan mencari dimana yang lain berada pada saat-saat yang sangat dibutuhkan. Ikatan itu tak lain dan tak bukan merupakan ikatan hutang!haha. Another friends are for yeah haha, as you both said. Aylapyuh always :* xoxoxo


---
Ketiwi ketiwi sendiri baca tulisan di atas hehe
Aku tambahkan sedikit ya ini Din Fal :)

Dian bermasker sambil ngerjain skripsi


Ultah Falma 


Walimahan Teh Arinda
Walimahan Eja


April 2013, all hail deadliners!


Hey Din, Fal kita sudah lulus loh, bareng pulak. Hidup deadliners! Btw, ini kalo sms an suka lama ye balesnye. Nyebrang lautan dulu sih ye ngelawan ombak same angin. Apapunlah Din Fal, Ukhibukifillah :')

Research Grant from The Explorers Club

It was a great early morning Magelang!:)

Three days approaching PPAN selection. Me, was infatuated by all of the recent days newspaper on that time. Reading all the headline, scanning the news (what a lucky I red the aung san suu kyi part in detail! I answered the question from the interviewer completely!haha). And it was still 06.15 am when I was gonna forward an email from my gmail to my friend’s email address. I checked my gmail from my cellular phone.

*pick pick pick (me dialed the keypads on my cellular phone)
*ping! (loading to my gmail)

My gmail opened and I scrolled down to find the message I would forward to..but

Wait!An email from Ms Annie Lee! Someone whom I sent my research proposal to, and that was actually a great good news. I got funding for my research from The Explorers Club!

Aaaaaa.. Alhamdulillah Allahu Akbar! It was in point of fact that The Merciful Allah gives us what we NEED instead of what we WANT :)

So, I thankful to The Explorers Club for awarding me the Youth Activity Fund for my project entitled Determination of Coral Community Structure as Basic Data for Marine Conservation Sites Establishment in Tanjung Benoa, Bali, Indonesia. InsyaAllah I will use the grant well as it is supposed to be. Im just very happy! yaaay! *dancing

Grant from The Explorers Club

So, hello Bali hello coral reef I’m going to dive!
See you very soon on every two month from this May!:)


*re post

Minggu, 21 Juli 2013

belajar minggu pagi

Lima anak duduk berjajar rapi; Rafi, Fadli, Pasha, Arip, Fadlan. Tepi pantai jadi tempat pilihan kami duduk-duduk pagi ini, tepat di depan warung makan milik Mbok Mar. Langit biru terang disela tiupan angin sepoi sepoi rasanya ikut menyuntikkan semangat pada anak-anak kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar ini. Ya, pagi ini kami akan belajar mengenal hewan laut dan hewan darat.

Maka saya mulai dengan memperkenalkan mereka pada dua teman, yakni Jojon dan Jejen.

“ Di suatu desa di tepi pantai, tinggal seorang anak perempuan bernama Jejen." saya mulai. "Jejen sekarang kelas 2 SD. Ayo, siapa yang di sini kelas 2?” tanya saya ke anak-anak sambil menggerak-gerakkan gambar kartun anak kecil yang saya sebut dengan Jejen.
“ Saya..saya!” Anak-anak mengacungkan tangan sambil saling senggol.
“ Kamu enggak aku iya,” kata Pasha sambil meraih acungan taman teman sebelahnya lalu saling iya-enggak. Haduh, anak anak ini ya hehe.
“ Ayo ayo udaah,” kata saya sambil menggerak-gerakkan boneka Jejen, menarik perhatian mereka.
“ Nah, Jejen kan tinggalnya di tepi pantai. Jejen kalau udah dari pulang sekolah dia suka duduk-duduk di pantai. Liat jukung-jukung yang nyebrang bawa sayur ke Lembongan, liat kapal quiksilver yang dateng ke ponton, banyak dah pokoknya. Atau jangan-jangan Jejen tinggalnya di sebelah rumahnya Arip ya?”
“ Woo Arip rumahnya sebelahnya Jejeen, sebelahan sama warung bibiknya Arip. Woo Arip woo ,” kata Rafi sambil menowel-nowel pundak Arif.
“ Oiyaa berarti Jejen rumahnya di sebelah rumah Arip ya. Wah kalo main bisa barengan dong ya Rip. Jejen suka sekali snorkelingan sepulang sekolah. Di sini yang suka snorkelingan kaya Jejen siapaa?” tanya saya
“ Aku sukaa, mandi laut tiap umat sebelum sholat jumat. Rame rame nah lebih enak .”
“ Aku juga sukaa, loncat dari jukungnya Bapak kalo mau mandi laut,” satu dan yang lain bersahutan menjawab setengah berteriak. *mereka terlihat semangat :”
“ Fadli sama Fadlan juga suka tapi suka ngga dikasi sama mamak. Tapi kalo naik jetskinya Bang Bukran baru dikasi,” kata Fadli.  (ngga dikasi untuk anak anak ini sama saja dengan tidak diizinkan)
“ Berarti semua punya hobi sama kaya Jejen ya di sini, Rafi, Pasha, Fadli, Arip, sama Fadlan juga. Naik jetskinya Bang Bukran juga ngga papa, kan suka diajak renang juga Fadli Fadlan. Nah, sekarang Jejen kedatengan seorang teman yang rumahnya di bukit. Namanya adalaah jeng jeng jeeng...Jojoon. Ini dia Jojon,” kata saya sambil menggerakkan boneka Jojon, menyejajarkannya dengan boneka Jejen.
“ Berarti Jojon rumahnya di Bedangin ya Mbak reni ya, deket deket bukit rumah Mbok Rahma tu ya,” kata Arip dengan logatnya yang khas. (Bedangin adalah nama daerah yang menuju ke arah bukit)
“ Iya betul, yak berarti rumahnya Jojon ada di bukit sedangkan Jejen ada di ..(“pinggir pantaaai” jawab anak-anak sambil berteriak). Nah, suatu hari Jojon main ke rumahnya Jejen, Jojon katanya pengeen sekali renang di laut karena rumahnya di bukit dia jadi jarang berenang. Nah, karena Jejen sering sekali berenang di laut kan Jejen jadi punya banyak temen kan di air sana, terus kata Jejen ‘Oke Jon, yuk kita berenang di laut nanti sekalian aku kenalin sama temen temenku di sana ya’,” kata saya berlagak jadi Jejen hehe.
“ Wah kamu punya banyak temen temen di laut Jen?” kata saya merendahkan suara berlagak jadi Jojon.
“ Woo ternyata Jejen punya banyak temen di laut nih, di sini siapa yang udah tau siapa aja sama temen temennya Jejen si hewan laut ayoo?” tanya saya pada mereka.
Lalu mereka keras-kerasan menjawab bersamaan. Cumi-cumi, bek (ikan), kepiting, ikan lumba-lumba, bebek (nah loh bebek) *Haduh anak-anak ini :3
“ Naah, kayanya temen-temen udah pada kenal nih sama temen-temennya Jejen yang hidup di laut ya. Yook sekarang kita kenalin satu persatu yaa. Okaay sekarang kita kenalaan,” kata saya mengeraskan suara mencoba mengambil perhatian anak-anak lagi.
“ Temennya Jejen ada lebih banyaak lagi dari yang disebutin. Ayoo kita tebak satu satu ya. Terus biar semua kebagian, urut dari Rafi sebutin yang aku pegang ya. Untuk yang lain, kalo salah satu temenya lagi nyebutin, yang lain kunci mulutnya dulu kaya gini ya,” saya memperagakan mengunci bibir memakai tangan kanan diarahkan ke bibir ‘klik klik’, diikuti oleh anak-anak.

Dan mulailah satu persatu. Rafi, lalu Arip, Fadlan, Pasha, Fadli, kembali lagi ke Rafi dan seterusnya. Eh ngga satu persatu juga deng. Sedikit riweuh berkali-kali memperagakan mengunci bibir. Soalnya masih ada yang bareng bareng nyebutin hehe. Mereka menjawab sambil berteriak, saya juga tidak mau kalah ikut berteriak menanyakan ‘ini apa’ sambil mengangkat gambar-gambar hewan. Hewan darat, hewan laut. Mulai dari yang sudah sering mereka dengar dan sudah ketahui; ikan kepe-kepe, hiu, kuda laut, cumi-cumi, yang hingga yang masih kurang familiar yakni timun laut, landak laut, ikan barong, pari manta, dan masih banyak lagi. Tebak-tebakan hewan-hewan darat, membedakan kura-kura dengan penyu, menjelaskan perlahan kalau hewan-hewan tersebut hidup di laut di sekeliling mereka, lalu diakhiri dengan kuis berhadiah dua buah wafer keju menyebutkan 10 hewan laut dan 10 hewan darat. Meski ada satu dua yang diulangi, pada akhirnya semua berhasil menyebutkan sesuai instruksi :D selesai kelima anak menyebutkan, menutup dengan berdadah-dadah dengan Jojon dan Jejen kemudian mengucapkan salam sampai jumpa.

Tidak lebih dari satu jam acara story telling dan tebak-tebakan selesai. Pasha dan Rafi masih sibuk tebak-tebakan sendiri sambil teriak-teriak heboh. Saat-saat terakhir datang beberapa anak yang lebih besar. Miah yang mendekap erat Juwita (keponakannya) di pelukan, kemudian Anik dan Ta’Ung, tiga serangkai. Mereka menanyakan sedang ngapain kami di pinggir pantai. Menjelaskan sedikit ini itu  sambil mengajak untuk membuat kegiatan apa dengan mereka. Daan, mereka tertarik lalu kami berencana membuat kertas daur ulang :3


Sedikit berbagi untuk melengkapi. Anak-anak pintar. Semoga ada kesempatan berikut untuk membuat ini berlanjut. Dan satu lagi, semoga mereka paham benar bahwa mereka mewarisi alam yang menakjubkan:”)                                                     

memunggungi laut



Sabtu, 13 Juli 2013

Manta penghuni bukit


Berbeda dari manta pada umumnya yang hidup di kolom air, manta jenis ini mendiami bukit di Nusa Penida.

Sore ini saya bermotor ke bukit. Mas Eko dan Mbok Ayu, pasangan suami istri muda yang selalu ramah pada semua orang, mengajak saya melihat manta yang katanya mendiami salah satu bukit di Nusa Penida. Begitu penasaran akan keberadaan manta tersebut, maka saya putuskan untuk melihatnya langsung.

Ternyata dekat saja. Sepuluh menit bermotor kami sampai di satu lahan yang dipenuhi dengan alat alat pertukangan dan sebentuk rumah di tengahnya. Kami datang dari samping bangunan tersebut. Rupanya rumah ini dalam tahap pembangunan, rumah Mas Eko dan Mbok Ayu.

Sudah lama tidak ngobrol, kami duduk di ruang tengah lesehan sambil bercerita apa saja. Tampak wajah sumringah dari kedua pasangan tersebut. Berharap pembangunan rumah sudah selesai sebelum idul fitri. Naeva, putri Mas Eko dan Mbok Ayu yang masih berumur 3 tahun, sibuk keluar masuk ruangan sambil ceriwis menjelaskan ke temen-temen kecilnya ini ruangan apa itu ruangan apa.

Mbok Ayu mengajak saya ke teras lantai dua rumahnya, “Ada yang bagus di atas sana Ren, ayok lihat,” kata Mbok Ayu. Menaiki undakan lalu berhati hati melangkah ke bagian depan teras karena masih banyak kayu dan alat tukang yang berserakan. Menyingkirkan bambu dan kayu diantaranya. Masih sibuk mencoba mencari tempat yang pewe untuk duduk, Mbok Ayu mencolek pundak saya lalu menunjuk ke satu arah. Saya menoleh. Dan woow! Indah sekali teman teman di depan sana ::") Saya baru ngeh. Di depan sana tampak sunset. Dari balik awan-awan, tampak berkas berkas keemasan menembus celah-celah langit.

Berpembatas pepohonan hijau yang mendiami bukit kemudian bibir pantai menyatu dengan laut, tampak dari kejauhan ponton quiksilver, dermaga buyuk, pulau nusa lembongan, nusa ceningan; maka di ketinggian inilah sang rumah berdiri gagah.

Menatap lamat-lamat matahari yang mulai tenggelam. Ah, sinar keemasan seperti ini yang selalu bisa menarik ekor mata saya. Kadang-kadang sore seperti ini sambil menunggu tukang yang masih mengerjakan rumah, Mbok Ayu suka duduk di sini, lihat laut dan sunsetnya yang selalu menawan. Atau kalau sedang suntuk malam-malam dia duduk di teras lantai dua ini. Mbok Ayu bilang kalau dari sini bintangnya jadi lebih terang lebih kelihatan jelas. Lebih menakjubkan lagi kalau lagi purname tambahnya, lautnya keliatan berkilau dari atas sini. Well, deskripsi yang cukup membuat saya pengen berkunjung ke sini saat purnama. Saya pikir rasanya akan menakjubkan tiduran di atas atap, dengan banyak bintang terang atau saat terang purnama kemudian memikirkan banyak hal hehe. 

Pemandangan dari teras rumah

Pemandangan dari teras rumah


Tiba-tiba terlintas tentang manta di bukit.

“Oiya Mbok Ayu, mana manta di atas bukitnya?” tanya saya
Mbok Ayu senyum, “Coba mundur dikit Ren, terus liat ke arah atas.”

Menggeser duduk saya membelakangi matahari, kemudian mendongakkan kepala ke atas. Agak bingung sebentar. Menoleh ke Mbok Ayu, mengerutkan kening. Mbok Ayu menggambarkan bentuk manta dengan gerakan tangan lalu mencocokkannya dengan atap rumah. Oh! begitu rupanya.

“Waaa keren sekali Mbok Ayu. Aaaa jadi pengen punya rumah di sini juga,” kata saya dengan wajah mupeng. Baiklah, jadi saat ini saya dan Mbok Ayu sedang duduk di mulut manta. *setidaknya interpretasi saya atas teras ini adalah mulut manta haha

Beneran saya mupeng sekali. Hmm punya hunian di bukit sini jadi salah satu list saya nih sekarang hehe

Menengok dari jendela
Fadlan (kiri), Naeva (tengah), Izah (kanan); anak-anak cerdas dari Toyapakeh :") aduh kalian unyu sekali :3


Terimakasih atas undangan mengunjungi rumahnya Mas Eko dan Mbok Ayu, semoga pembangunan rumahnya lancar dan segera bisa ditempati. Boleh ya saya mengunjungi manta di atas bukit kalau sudah selesai dibangun :)