Selasa, 27 Agustus 2013

adalah sebagai pengingat.

Mungkin itulah mengapa ada buku-buku, membaca tulisan-tulisan, melihat foto-foto perjalanan atau ikut di dalamnya, terlibat dalam urusan-urusan, bersama menghadiri majelis-majelis, bertemu orang-orang lalu sekedar ngobrol atau berdiskusi, berbagai hal lain dan tentu saja yang tidak kalah penting adalah kehadiran teman; those are, the so many ways to keep this feeling floating. 

Bagi saya pribadi, terlena membuat si ‘rasa’ ini kadang timbul kadang tenggelam. Dan dari ‘the so many ways’ di atas, mudah-mudahan saya, teman-teman, kita semua bisa selalu berusaha untuk menjaganya tetap mengapung di permukaan; untuk selalu bersyukur, memperbaiki diri, dan menebar manfaat. 


Maka saya adalah orang beruntung yang hidupnya telah dibuat beririsan dengan orang-orang yang tidak pernah lelah untuk saling mengingatkan. 



Adalah tiga orang paling vokal dalam hidup saya; Bapak, Ibu, dan Ratri. Yang saya pun tidak dapat mendeskripsikan dengan tepat karena tidak hanya beririsan, tapi saya adalah bagian dari mereka.


Adalah Ustica Haedy; seorang sahabat karib yang telah membersamai saya sejak menginjak Sekolah Dasar -meski hanya satu halaman sekolah, kemudian belajar di SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi yang sama. Seorang kawan yang telah beririsan dengan saya dalam terlalu banyak hal, terlalu banyak cerita. Tapi kata ‘terlalu’ di sini tidak akan membuat kita berhenti untuk berbagi kan, Ca?:)

Adalah Dian Maghfirah Hala dan Falma Kemalasari; dari mereka saya tidak perlu sulit-sulit ‘berkaca’. Dua sahabat yang telah memahamkan jangan hanya karena ‘kan ngga enak sama orang itu’ lalu saya meng-iya-kan semua permintaan dan menyadarkan keras kepala itu boleh tapi selalu keras kepala itu tidak baik. Penyampai satu pesan singkat yang saya ingat lekat,

 “Dan kemanapun hidup membawa kita Ren, semoga kita bisa tetap inget tujuan awal dari semua langkah-langkah itu.”

Adalah Hamida Amalia; kind of college friend who shows me the role model of a wise woman, the so objective person. Perempuan yang memiliki kemampuan untuk mengingatkan tanpa men-judge.

Adalah Nisfatin Mahardini; ibu guru tempat berbagi ide-ide metode pembelajaran pada anak-anak usia sekolah. 

Adalah Humaira Safitri; dari perempuan ini belajar untuk tidak berlebihan dalam bercanda.

Adalah Silvia Rachmy; pelahap segala buku, kamarnya adalah perpustakaan. Tempat saya bisa bebas memilih buku untuk dipinjam dari deretan rak di kamar kosannya. 

Adalah Ratih Hardian; an out of the box thinker, sesama pemimpi. Orang yang nyambung diajak ngobrol apa saja. Mau tentang politik, pertandingan bola, kartun Jepang, resep-resep kue dan makanan berat, sampai hal-hal mendasar mengenai apapunlah ;)

Adalah Shofia; pendaki wanita seangkatan di jurusan. Tengok saja foto-foto travel log-nya:)

Adalah Mbak Isti; seorang kawan berlayar ke timur, sesama penghuni rantau orang yang dalam beberapa kesempatan menyelipkan obrolan-obrolan tentang saling mengingatkan.

Dan tentu banyak lagi orang lain yang telah bersinggungan dengan saya, yang telah menginspirasi yang tidak bisa saya tulis satu-persatu.



Bukankah ini pilihan masing-masing?
Laiknya mentari Amed beberapa waktu lalu

Muncul
Ingin memilih kembali tenggelam kerana gentar melalui gelap?







Atau menentang kelam
Melangkah mantap melambung ke permukaan 
Berbekal percaya menjemput janji-Nya 



Membaca quote dari seorang kawan; bukan kegelapan yang memekat, hanya cahaya yang melemah.

Teman-teman tetap begini ya, untuk selalu ingat-mengingatkan. Bersama berusaha menjadi penguat cahaya :”)

To keep this feeling floating. 

”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Asr)

Sabtu, 24 Agustus 2013

Warung Ombak

Sore satu.

Ada satu warung di tepi pantai di dekat tempat parkir di Jemeluk, Amed. Papan di depannya bertuliskan “Warung Ombak” dengan anak panah menunjuk ke warung tersebut. Sederhana saja, warung ini berdiri tegak oleh 6 pilar kayu dengan tumpukan seng sebagai atapnya. Dua kursi kayu memanjang dengan satu tempat lesehan beralaskan dipan diletakkan berjejer mengelilingi meja yang penuh jajanan.

Menjelang siang hari ibu penjaga warung sibuk melayani orang yang berdatangan membeli jajanan. Langganan sang ibu adalah anak-anak kecil yang sudah pulang dari sekolah lalu bermain di pantai, bapak-bapak ibu-ibu yang duduk di pantai, orang-orang yang akan atau sudah selesai menyelam. Saat matahari condong ke barat pantai dipenuhi anak-anak yang entah bermain voli, berkano, berenang di tepian, atau sekedar duduk-duduk bercanda dengan kawan lain. Pantai sore hari selalu ramai, seperti sore ini.

Duduk di kursi kayu yang menghadap pantai di depan Warung Ombak, saya mengamati keramaian. Sore ini ada sekumpulan anak perempuan bermain kano. Tampak kurang asik kalau meggunakan kano bergantian maka mereka menaikinya bersamaan. Satu kano untuk bersama hehe.  

Lalu datang satu anak laki-laki mupeng ingin bermain kano. Tak dapat menandingi suara banyak anak perempuan maka si anak laki-laki ke pinggir, menyingkir. Tak mau kalah, si anak laki-laki mengambil ban hitam kempot yang ada di jukung bapaknya. Tak ada rotan akar pun jadi; mencari sebilah kayu, menaiki ban hitamnya, kemudian mendayung dengan semangat.

Tak ada kano ban hitam kempot pun jadi



Si adik ini gigih sekali lho mengayuh bilah kayunya hehe

Dayung kanan kiri


Sesaat ada seorang kawannya memanggil dari tepian, si adik menyahut lalu kembali semangat mendayung.

Mendayung, sejenak menyapa kawan, lalu kembali mendayung


Bosan mendayung lalu meceburkan diri ke air hehe

Bosan mendayung



Dan tampaknya si adik mulai keletihan, yang kemudian dihampiri seorang anak perempuan yang memintanya selesai bermain.


Mulai bosan, selamat tinggal ban hitam kempot.

Sesampainya di penginapan, melihat ekspresi si adik ini di foto bikin saya senyum senyum sendiri. Hei adik laki-laki, terimakasih sudah menghibur sore satu saya di Jemeluk :") Lain kali kalau ke Jemeluk lagi, kita kenalan ya hehe.


Untung saja ada Warung Ombak. Jadi saya, anda, atau kita satu saat nanti, masih bisa duduk di satu kursi kayunya untuk bisa mengamati. Lalu tersenyum ikut merasakan betapa mereka bisa begitu riang meski sekedar ber-ban hitam kempot menyisir permukaan laut. 

Untung saja ada Warung Ombak, sehingga semua bebas menapaki setiap jengkal pasir pantainya, berenang di kolom air manapun yang dimaui. Bukan tumpukan material tegak angkuh yang membangun tembok tak kasat mata yang tersirat membatasi menciptakan iklimnya sendiri.


Singkat cerita, rasanya selalu menyenangkan dengan begini, duduk mengamati atau ikut dalam keriuhan mereka dari  Warung Ombak ini atau tempat seperti warung-warung ombak di wilayah lain :")

The canoe man.

Four people dived on Jemeluk four days ago, tried to move the mermaid sculpture to the flat sea floor. One of them would like to take photo with the mermaid by spreading out his diving club’s flag. What an unfortunately, the mermaid called away the man’s attention. While he was so busy tied up the rope to the rock where the mermaid sit, the flag he was embeded to the sandy sea floor flew away. Hoped the flag floating out on the water surface, so by using canoe he checked out the area around. Hoped that he would see the flag floating. 


The man moved the paddle

The man kept paddling

But he found nothing.
Till the full moon appeared, he found nothing.

Kamis, 01 Agustus 2013

Menyusur Tepian Nusa Penida.

Suatu hari ketika kami menyusur jalan menuju tepian Nusa Penida; berkawan langit cerah, pahatan tebing coklat kehitaman, padang rumput kuning kehijauan, horizon pembatas langit dan laut, mata air, lalu tengah hari tampak dua ekor manta melayang anggun di permukaan kolom air; rasanya, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersyukur.


Terimakasih untuk Aga, Paijah, Mas Aan dan  Mail yang sudah menunjukkan potongan pulau cantik ini pada kami :) 

Sesi foto di Banah, Nusa Penida

Pasih Wug, Nusa Penida 

Bukit Teletubbies, Nusa Penida
Manta melayang di permukaan air (Banah, Nusa Penida)
Bukit Teletubbies, Nusa Penida

Bukit Teletubbies, Nusa Penida
Banah, Nusa Penida
Temeling, Nusa Penida
Crystal Bay, Nusa Penida
Mas Aan di Bukit Teletubbies, Nusa Penida

Aga di Bukit Teletubbies, Nusa Penida

Paijah di Bukit Teletubbies, Nusa Penida

Mail di Bukit Teletubbies, Nusa Penida

Dan satu lagi. Dari seluruh perjalanan-perjalanan; yang menanti, yang sudah-sudah, pun perjalanan kali ini; 
"Dan kemanapun hidup membawa kita Ren, semoga kita bisa tetap inget tujuan awal dari semua langkah-langkah itu." -pesan Falma dan Dian