Penyelam mana yang tidak tahu situs kapal karam ini?
Liberty Wreck, sebuah situs penyelaman
terkemuka di Bali yang masuk dalam 12 besar situs kapal karam dunia yang harus
diselami sebagaimana dicantumkan oleh website scuba diving, kapal yang ditorpedo
oleh Japanese Submarine 1-166 pada Januari 1942 akhirnya terdampar di Pantai
Tulamben. Proses evolusi selama 40 tahun terakhir yang dimotori oleh cuaca menyebabkan
Liberty merosot tenggelam mendiami dunia bawah air.
“Banyak situs kapal karam tersebar di
Indonesia, tapi Liberty Wreck ini adalah satu-satunya situs kapal karam di Indonesia yang
sangat mendunia dan telah menjadi hajat hidup banyak orang,” begitu yang
disampaikan oleh Bu Nia N. Hasanah, Peneliti Arkeologi Maritim salah satu loka Balitbang
KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan)
Data yang diperoleh dari
Dinparbud Karang Asem menyatakan bahwa kunjungan wisatawan ke Kabupaten
Karangasem pada tahun 2011 mencapai jumlah 416.363, dimana kurang lebih terdapat
100-150 turis melakukan aktivitas penyelaman di Liberty Wreck setiap harinya
(mungkin ini perhitungan brutonya ya, belum mempertimbangkan high season atau low season yang sangat dipengaruhi cuaca hehe). Perhitungan tahun
2002 menyatakan bahwa revenue wisata
bahari Tulamben mencapai 29,392 milyar. Bisa dibayangkan sekarang dengan
semakin ramainya wisatawan yang datang untuk menyelam ditambah dengan
pembangunan penginapan-penginapan di sekitar Tulamben, berapa ya pengingkatan revenue dalam sepuluh tahun terakhir
hehe.
Beberapa bulan terakhir terdapat
pemberitaan bahwa Liberty Wreck ini ditakutkan akan hilang. Apakah hilangnya
diambil oleh perompak kemudian raib dari penglihatan? atau jangan-jangan
Liberty Wreck ini adalah Black Pearlnya Jack Sparrow yang sudah usang lalu akan
digunakan lagi hehe (haduh Ren). Balik ke topik, hmm tentu tidak. ‘Hilang’ ini
adalah kata untuk menggambarkan kemungkinan keberadaan wreck ini kedepannya,
yang oleh para peneliti dari Balitbang KKP digadang-gadang situs ini mungkin
hanya akan bertahan belasan, dua puluhan, atau selambat selambatnya tiga
puluhan tahun lagi.
Isu yang dilayangkan ialah
mengenai tingkat kerentanan Liberty saat ini, kelestariannya yang terancam
serta rencana penetapan objek kapal karam tersebut menjadi Situs Cagar Budaya. Memperhatikan
bahwa Liberty telah memberikan manfaat bagi begitu banyak lapisan masyarakat,
dan menyadari keberadaan Liberty telah mendunia, maka berangkat dari isu tersebut
dilaksanakan penelitian oleh LPSDKP (Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan
Pesisir) di bawah Balitbang KKP untuk menjaga keberadaan Liberty Shipwreck.
Penelitian ini dipimpin oleh Ibu
Nia Naelul, Kepala Pelayanan Teknis Peneliti Arkeologi Maritim. Survey lapangan
dan pengambilan data dilakukan oleh Ibu Nisa bersama dengan Bapak Gunardi
Kusumah Ahli Geologi Lingkungan dari LPSDKP, Bapak Semeidi Husrin, Ibu Zainab
Tahir dari Ditjen KP3K KKP, dan Mbak Nuryani Widagti Soewito, peneliti dari BPOL
di Perancak, untuk analisis fiskim air.
Hasil yang didapat dari assessment awal menyatakan bahwa sudah banyak
bagian kapal yang berkarat. Beberapa permasalahan yang timbul akibat korosi ini
ialah pelapukan dan kerusakan, umur benda yang tidak memenuhi harapan, dan
faktor keamanan yang tidak memadai dengan ditemukannya runtuhan bagian-bagian
kapal di dasar perairan.
Beberapa kegiatan yang telah
dilaksanakan dalam upaya ‘penyelamatan’ Liberty wreck ini diantaranya ialah pengumpulan data sekunder mengenai Met Ocean, RTRW, kemudian
pengamatan jenis batuan dan sedimen layer, pengamatan posisi keletakan sungai
dan debit air, pengamatan slope
(kemiringan) dan kemungkinan adanya erosi di Lokasi Kapal Liberty dan daerah
sekitarnya yang diakibatkan oleh tingginya dinamika perairan di lokasi
tersebut. Dilakukan juga pemasangan sediment
trap di 6 tempat, salah satunya di daerah aliran galian C, untuk melihat
seberapa besar sedimentasi yang terjadi di sekitaran bangkai kapal. Hasil dari
penelitian tersebut akan menjadi dasar untuk tindak lanjut proses penelitian
berikutnya.
Tingkat korosi yang tinggi yang
terjadi pada badan kapal menurut prediksi disebabkan oleh peningkatan oksidasi
yang dikarenakan adanya akumulasi udara dari oksigen penyelam yang terperangkap
di bagian kapal. Dalam rangka penanggulangan hal tersebut terdapat tiga upaya
yang diusulkan oleh tim riset. Pertama,
menggunakan metode Cathodic Protection
for Shipwreck In-Situ Preservation. Dengan metode ini penanggulangan korosi
dilakukan dengan proteksi katodik-anodik menggunakan sacrificial anode. Kedua,
dengan pembatasan jumlah penyelam. Salah satu contoh mengenai penetapan aturan
jumlah maksimal penyelam dalam 1 spot dive telah diterapkan di Kota Bitung. Informasi
dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bitung menyebutkan bahwa aturan
tersebut merupakan kesepakatan bersama secara resmi dan tertulis antara semua
operator wisata se-kota dengan pemerintah Kota Bitung. Dalam hal
penganggulangan korosi badan bangkai kapal, pembatasan jumlah penyelam merupakan
cara yang efektif dan efisien. Akan tetapi, cara ini bukan langkah yang dapat dengan mudahnya
ditetapkan mengingat ramainya jumlah penyelam di Liberty Wreck sejak tahun 80-an ketika spot ini mulai dijadikan
industri pariwisata, dan pastinya sejak Liberty
Wreck tenar tahun tersebut belum ada ketetapan yang mengatur jumlah
penyelam. Ketiga, program
peningkatan kesadaran terpadu bagi pemerintah, wisatawan, industri pariwisata,
dan masyarakat umum. Mengingat terdapat berbagai kepentingan bermain di Liberty
wreck ini, program peningkatan kesadaran terpadu akan menyukseskan penyelamatan
bangkai kapal ini apabila seluruh pihak yang berkepentingan turut serta.
----
Diungkapkan oleh Bapak Cipto Adi
Gunawan, Tenaga Ahli Wisata Bahari Kemenparekraf, bahwa keberadaan Liberty Ship
Wreck ini begitu besar pengaruhnya tidak hanya pada masyarakat lokal Tulamben tapi
bahkan hingga ke Bali Selatan, Pemuteran, Lovina, Serangan, dan lain-lain.
Hampir di setiap dive operator di
Bali pasti menawarkan dive trip ke
Liberty Wreck. Kelebihan dari Liberty ialah kemudahan para penyelam untuk mengakses
pemandangan kapal karam di spot ini
yang dapat dinikmati oleh penyelam dengan berbagai kemampuan, dari yang ecek-ecek hingga yang profesional. Dari sini
dapat dilihat dengan berbagai promosi yang dilakukan dan kemudahan akses menuju
kapal karam dapat dibayangkan ramainya penyelaman di Liberty Wreck dan titik
penyelaman ini telah menjadi hajat hidup orang banyak.
Dengan begitu besarnya keuntungan
yang didapat dari kehadiran shipwreck
ini tapi dengan belum mempertimbangkan kelestariannya seharusnya dapat
menstimulus penyelesaian dari satu permasalahan yang ada yakni mengenai jaminan
kematian usia Liberty wreck yang sudah jelas (seperti yang diterangkan oleh
peneliti arkeologi bawah air KKP). Penelitian yang dilaksanakan oleh KKP ialah
untuk mengetahui sejauh mana kerusakan kapal dan mencari cara untuk memperpanjang
usia bangkai kapal, meski lambat laun proses alam akan ‘memerosotkan’ Liberty
lalu kemudian lenyap. Apabila situs ini lenyap, maka akan berdampak langsung
bagi pada kematian perekonomian masyarakat lokal Tulamben. Kemudian juga pada dive operator yang menawarkan jasa dive trip ke Liberty shipwreck.
Terdapat tiga upaya yang diusulkan oleh Pak Cipto. Pertama, sebaiknya dilakukan distribusi wisata bahari, tidak dipusatkan pada objek kapal karam. “Mbok yo jangan kapal doang yang dijual, wong pasti suatu saat akan hilang,” kata Pak Cipto. Sehingga, pun bila liberty wreck ini lenyap perekonomian masyarakat lokal akan tetap bergerak oleh destinasi lain. Baik itu dilakukan penenggelaman kapal, tentu dengan memperhatikan kesesuaian lingkungan, atau pembuatan alternatif-alternatif produk wisata bahari di luar Tulamben. Kedua, pemetaan tipe destinasi wisata. Terkait dengan pembatasan jumlah penyelam, maka pemetaan suatu destinasi wisata menurut tipenya menjadi sangat penting. Apakah Tulamben merupakan destinasi yang dipetakan menjadi mass-tourism, limited tourism, atau eco-tourism. Pemetaan ini menjadi penting untuk pengembangan kawasan tersebut kedepannya. Tiga, usulan untuk menetapkan entrance fee. Penetapan entrance fee ini terkait dengan pembatasan jumlah penyelam. Dengan adanya entrance fee diharapkan dapat menyaring jumlah wisatawan yang ingin menyelam di Tulamben. Satu hal yang penting untuk penetapan pembatasan ini ialah pembatasan dilarang mengorbankan masyarakat dan berorientasi pada bisnis berkelanjutan di wilayah tersebut.
---
Sumber : Pemaparan Penelitian Kerentanan Potensi Kawasan
Konservasi Maritim Liberty
Shipwreck di
Tulamben, Karangasem, Bali, terhadap Perubahan Lingkungan Fisik Perairan dan
Perubahan Iklim (30 Agustus 2013)
Pembicara : Ibu Nia Naelul
Hasanah, Bapak Gunardi Kusumah, Bapak Semeidi Husein, Mbak Nuryani Widagti, dan
Bapak Cipto Adi Gunawan
Bercermin dari apa yang terjadi
pada Liberty Shipwreck, ini hanya salah satu contoh dari banyak hal
yang terjadi di sekeliling kita. Dari apa yang kita lihat, kita rasakan, kita ambil
manfaatnya lalu akan jauh lebih baik bila kita ikut menjaga keberlangsungan/keberadaannya,
menjaga hal tersebut sebelum benar-benar hilang dari pandangan mata, tidak
terjangkau lagi. Semoga ini dapat menstimulus saya dan teman-teman semua untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap apa-apa yang ada di sekitar.
So before it’s too late.
Because in many cases, we won’t know how worth a thing is till it’s
gone
Nice info broo.... dan kebetulan sudah 3 kali menyelam di spot wreck liberty
BalasHapussedikit berbagi juga..
memang dari aktifitas penyelam memberikan dampak oksidasi dan terakumulasi pada situs wreck liberty.. namun menurut saya kegiatan penyelaman yg byk dilakukan oleh penyelam mahasiswa yg notabenenya adalah penyelam peniliti "scientific diving" ini semata dilakukan utk kegiatan penelitian. baik itu mendata jenis2 terumbu karang yg tumbuh pada bagian kapal liberty untuk kepentingan penelitian konservasi. selain itu juga penyelam peneliti lainnya berasal dari penyelam arkeologi dimana dilakukan rekonstruksi bentuk dari kapal liberty tersebut. dari kegiatan tersebut data-data dari hasil penelitian itu sgt bermanfaat bagi keberlangsungan dari situs penyelaman kapal liberty jika dikelola dgn baik.
tetapi memang perlu dilakukan himbauan kepada para tuorist "penyelam pariwisata" kondisi dari kapal liberty sekarang yg sudah mengalsi oksidasi. hal ini sgt membahayakan para tourist tersebut. bisa saja bongkahan atau bagian dari kapal tersebut menjadi runtuh dan ambruk. memaang ada positif dan negatif jika situs penyelaman wreck liberty ditutup.
terima kasih.
budibaonk