Selasa, 17 September 2013

Liberty Shipwreck: riwayatmu kini.

Penyelam mana yang tidak tahu situs kapal karam ini?

Liberty Wreck, sebuah situs penyelaman terkemuka di Bali yang masuk dalam 12 besar situs kapal karam dunia yang harus diselami sebagaimana dicantumkan oleh website scuba diving, kapal yang ditorpedo oleh Japanese Submarine 1-166 pada Januari 1942 akhirnya terdampar di Pantai Tulamben. Proses evolusi selama 40 tahun terakhir yang dimotori oleh cuaca menyebabkan Liberty merosot tenggelam mendiami dunia bawah air.

 “Banyak situs kapal karam tersebar di Indonesia, tapi Liberty Wreck ini adalah satu-satunya situs kapal karam di Indonesia yang sangat mendunia dan telah menjadi hajat hidup banyak orang,” begitu yang disampaikan oleh Bu Nia N. Hasanah, Peneliti Arkeologi Maritim salah satu loka Balitbang KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan)

Data yang diperoleh dari Dinparbud Karang Asem menyatakan bahwa kunjungan wisatawan ke Kabupaten Karangasem pada tahun 2011 mencapai jumlah 416.363, dimana kurang lebih terdapat 100-150 turis melakukan aktivitas penyelaman di Liberty Wreck setiap harinya (mungkin ini perhitungan brutonya ya, belum mempertimbangkan high season atau low season yang sangat dipengaruhi cuaca hehe). Perhitungan tahun 2002 menyatakan bahwa revenue wisata bahari Tulamben mencapai 29,392 milyar. Bisa dibayangkan sekarang dengan semakin ramainya wisatawan yang datang untuk menyelam ditambah dengan pembangunan penginapan-penginapan di sekitar Tulamben, berapa ya pengingkatan revenue dalam sepuluh tahun terakhir hehe.

Beberapa bulan terakhir terdapat pemberitaan bahwa Liberty Wreck ini ditakutkan akan hilang. Apakah hilangnya diambil oleh perompak kemudian raib dari penglihatan? atau jangan-jangan Liberty Wreck ini adalah Black Pearlnya Jack Sparrow yang sudah usang lalu akan digunakan lagi hehe (haduh Ren). Balik ke topik, hmm tentu tidak. ‘Hilang’ ini adalah kata untuk menggambarkan kemungkinan keberadaan wreck ini kedepannya, yang oleh para peneliti dari Balitbang KKP digadang-gadang situs ini mungkin hanya akan bertahan belasan, dua puluhan, atau selambat selambatnya tiga puluhan tahun lagi.

Isu yang dilayangkan ialah mengenai tingkat kerentanan Liberty saat ini, kelestariannya yang terancam serta rencana penetapan objek kapal karam tersebut menjadi Situs Cagar Budaya. Memperhatikan bahwa Liberty telah memberikan manfaat bagi begitu banyak lapisan masyarakat, dan menyadari keberadaan Liberty telah mendunia, maka berangkat dari isu tersebut dilaksanakan penelitian oleh LPSDKP (Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir) di bawah Balitbang KKP untuk menjaga keberadaan Liberty Shipwreck.

Penelitian ini dipimpin oleh Ibu Nia Naelul, Kepala Pelayanan Teknis Peneliti Arkeologi Maritim. Survey lapangan dan pengambilan data dilakukan oleh Ibu Nisa bersama dengan Bapak Gunardi Kusumah Ahli Geologi Lingkungan dari LPSDKP, Bapak Semeidi Husrin, Ibu Zainab Tahir dari Ditjen KP3K KKP, dan Mbak Nuryani Widagti Soewito, peneliti dari BPOL di Perancak, untuk analisis fiskim air.

Hasil yang didapat dari assessment awal menyatakan bahwa sudah banyak bagian kapal yang berkarat. Beberapa permasalahan yang timbul akibat korosi ini ialah pelapukan dan kerusakan, umur benda yang tidak memenuhi harapan, dan faktor keamanan yang tidak memadai dengan ditemukannya runtuhan bagian-bagian kapal di dasar perairan.

Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya ‘penyelamatan’ Liberty wreck ini diantaranya ialah pengumpulan data sekunder mengenai Met Ocean, RTRW, kemudian pengamatan jenis batuan dan sedimen layer, pengamatan posisi keletakan sungai dan debit air, pengamatan slope (kemiringan) dan kemungkinan adanya erosi di Lokasi Kapal Liberty dan daerah sekitarnya yang diakibatkan oleh tingginya dinamika perairan di lokasi tersebut. Dilakukan juga pemasangan sediment trap di 6 tempat, salah satunya di daerah aliran galian C, untuk melihat seberapa besar sedimentasi yang terjadi di sekitaran bangkai kapal. Hasil dari penelitian tersebut akan menjadi dasar untuk tindak lanjut proses penelitian berikutnya.

Tingkat korosi yang tinggi yang terjadi pada badan kapal menurut prediksi disebabkan oleh peningkatan oksidasi yang dikarenakan adanya akumulasi udara dari oksigen penyelam yang terperangkap di bagian kapal. Dalam rangka penanggulangan hal tersebut terdapat tiga upaya yang diusulkan oleh tim riset. Pertama, menggunakan metode Cathodic Protection for Shipwreck In-Situ Preservation. Dengan metode ini penanggulangan korosi dilakukan dengan proteksi katodik-anodik menggunakan sacrificial anode. Kedua, dengan pembatasan jumlah penyelam. Salah satu contoh mengenai penetapan aturan jumlah maksimal penyelam dalam 1 spot dive telah diterapkan di Kota Bitung. Informasi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bitung menyebutkan bahwa aturan tersebut merupakan kesepakatan bersama secara resmi dan tertulis antara semua operator wisata se-kota dengan pemerintah Kota Bitung. Dalam hal penganggulangan korosi badan bangkai kapal, pembatasan jumlah penyelam merupakan cara yang efektif dan efisien. Akan tetapi, cara ini bukan langkah yang dapat dengan mudahnya ditetapkan mengingat ramainya jumlah penyelam di Liberty Wreck sejak tahun 80-an ketika spot ini mulai dijadikan industri pariwisata, dan pastinya sejak Liberty Wreck tenar tahun tersebut belum ada ketetapan yang mengatur jumlah penyelam. Ketiga, program peningkatan kesadaran terpadu bagi pemerintah, wisatawan, industri pariwisata, dan masyarakat umum. Mengingat terdapat berbagai kepentingan bermain di Liberty wreck ini, program peningkatan kesadaran terpadu akan menyukseskan penyelamatan bangkai kapal ini apabila seluruh pihak yang berkepentingan turut serta.
---- 

Diungkapkan oleh Bapak Cipto Adi Gunawan, Tenaga Ahli Wisata Bahari Kemenparekraf, bahwa keberadaan Liberty Ship Wreck ini begitu besar pengaruhnya tidak hanya pada masyarakat lokal Tulamben tapi bahkan hingga ke Bali Selatan, Pemuteran, Lovina, Serangan, dan lain-lain. Hampir di setiap dive operator di Bali pasti menawarkan dive trip ke Liberty Wreck. Kelebihan dari Liberty ialah kemudahan para penyelam untuk mengakses pemandangan kapal karam di spot ini yang dapat dinikmati oleh penyelam dengan berbagai kemampuan, dari yang ecek-ecek hingga yang profesional. Dari sini dapat dilihat dengan berbagai promosi yang dilakukan dan kemudahan akses menuju kapal karam dapat dibayangkan ramainya penyelaman di Liberty Wreck dan titik penyelaman ini telah menjadi hajat hidup orang banyak.

Dengan begitu besarnya keuntungan yang didapat dari kehadiran shipwreck ini tapi dengan belum mempertimbangkan kelestariannya seharusnya dapat menstimulus penyelesaian dari satu permasalahan yang ada yakni mengenai jaminan kematian usia Liberty wreck yang sudah jelas (seperti yang diterangkan oleh peneliti arkeologi bawah air KKP). Penelitian yang dilaksanakan oleh KKP ialah untuk mengetahui sejauh mana kerusakan kapal dan mencari cara untuk memperpanjang usia bangkai kapal, meski lambat laun proses alam akan ‘memerosotkan’ Liberty lalu kemudian lenyap. Apabila situs ini lenyap, maka akan berdampak langsung bagi pada kematian perekonomian masyarakat lokal Tulamben.  Kemudian juga pada dive operator yang menawarkan jasa dive trip ke Liberty shipwreck.

Terdapat tiga upaya yang diusulkan oleh Pak Cipto. Pertama, sebaiknya dilakukan distribusi wisata bahari, tidak dipusatkan pada objek kapal karam. “Mbok yo jangan kapal doang yang dijual, wong pasti suatu saat akan hilang,” kata Pak Cipto. Sehingga, pun bila liberty wreck ini lenyap perekonomian masyarakat lokal akan tetap bergerak oleh destinasi lain. Baik itu dilakukan penenggelaman kapal, tentu dengan memperhatikan kesesuaian lingkungan, atau pembuatan alternatif-alternatif produk wisata bahari di luar Tulamben. Kedua, pemetaan tipe destinasi wisata. Terkait dengan pembatasan jumlah penyelam, maka pemetaan suatu destinasi wisata menurut tipenya menjadi sangat penting. Apakah Tulamben merupakan destinasi yang dipetakan menjadi mass-tourism, limited tourism, atau eco-tourism. Pemetaan ini menjadi penting untuk pengembangan kawasan tersebut kedepannya. Tiga, usulan untuk menetapkan entrance fee. Penetapan entrance fee ini terkait dengan pembatasan jumlah penyelam. Dengan adanya entrance fee diharapkan dapat menyaring jumlah wisatawan yang ingin menyelam di Tulamben. Satu hal yang penting untuk penetapan pembatasan ini ialah pembatasan dilarang mengorbankan masyarakat dan berorientasi pada bisnis berkelanjutan di wilayah tersebut.
--- 

Sumber       : Pemaparan Penelitian Kerentanan Potensi Kawasan Konservasi Maritim Liberty Shipwreck di Tulamben, Karangasem, Bali, terhadap Perubahan Lingkungan Fisik Perairan dan Perubahan Iklim (30 Agustus 2013)
Pembicara  : Ibu Nia Naelul Hasanah, Bapak Gunardi Kusumah, Bapak Semeidi Husein, Mbak Nuryani Widagti, dan Bapak Cipto Adi Gunawan


Bercermin dari apa yang terjadi pada Liberty Shipwreck, ini hanya salah satu contoh dari banyak hal yang terjadi di sekeliling kita. Dari apa yang kita lihat, kita rasakan, kita ambil manfaatnya lalu akan jauh lebih baik bila kita ikut menjaga keberlangsungan/keberadaannya, menjaga hal tersebut sebelum benar-benar hilang dari pandangan mata, tidak terjangkau lagi. Semoga ini dapat menstimulus saya dan teman-teman semua untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap apa-apa yang ada di sekitar.

So before it’s too late.
Because in many cases, we won’t know how worth a thing is till it’s gone




1 komentar:

  1. Nice info broo.... dan kebetulan sudah 3 kali menyelam di spot wreck liberty
    sedikit berbagi juga..
    memang dari aktifitas penyelam memberikan dampak oksidasi dan terakumulasi pada situs wreck liberty.. namun menurut saya kegiatan penyelaman yg byk dilakukan oleh penyelam mahasiswa yg notabenenya adalah penyelam peniliti "scientific diving" ini semata dilakukan utk kegiatan penelitian. baik itu mendata jenis2 terumbu karang yg tumbuh pada bagian kapal liberty untuk kepentingan penelitian konservasi. selain itu juga penyelam peneliti lainnya berasal dari penyelam arkeologi dimana dilakukan rekonstruksi bentuk dari kapal liberty tersebut. dari kegiatan tersebut data-data dari hasil penelitian itu sgt bermanfaat bagi keberlangsungan dari situs penyelaman kapal liberty jika dikelola dgn baik.
    tetapi memang perlu dilakukan himbauan kepada para tuorist "penyelam pariwisata" kondisi dari kapal liberty sekarang yg sudah mengalsi oksidasi. hal ini sgt membahayakan para tourist tersebut. bisa saja bongkahan atau bagian dari kapal tersebut menjadi runtuh dan ambruk. memaang ada positif dan negatif jika situs penyelaman wreck liberty ditutup.
    terima kasih.
    budibaonk

    BalasHapus